LATAR BELAKANG
MASALAH
Secara
umum stroke merupakan gangguan
pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral.
Merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu
proses patologis pada pembuluh darah serebral, misalnya trombosis, embolus,
ruptura dinding pembuluh atau penyakit vascular dasar, misalnya aterosklerosis,
arteritis, trauma, aneurisme dan kelainan perkembangan.
A. DEFINISI
Secara umum gangguan pembuluh darah otak atau stroke merupakan gangguan
sirkulasi serebral. Merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat timbul
sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah serebral, misalnya
trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vascular dasar,
misalnya aterosklerosis, arteritis, trauma, aneurisme dan kelainan
perkembangan.
Stroke dapat juga diartikan sebagai
gangguan fungsional otak yang bersifat:
v
fokal dan atau global
v
akut
v
berlangsung antara 24 jam atau lebih
v
disebabkan gangguan aliran darah otak
v
tidak disebabkan karena tumor/infeksi
Stroke adalah suatu
penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat,
disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro Vasculer
Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 : hal. 2131 ). Kemudian pendapat lain menyebutkan stroke
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (
Elizabeth J. Corwin, 2001 : hal. 181 ).
Menurut (Mansjoer 2000: 17) Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang
langsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran otak non traumatic Stroke adalah gangguan
neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh
darah serebral, misal: Trombosis, embolis, ruptura dinding pembuluh atau
penyakit vaskuler dasar (Prince, 1995 : 964).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.
Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya
penyebab selain daripada gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke adalah
gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu (Mardjono, 2000: 54) yang
menyatakan bahwa stroke adalah gangguan darah di pembuluh arteri yang menuju ke
otak.
Pendapat lain dari Lumbantobing (1994 : 5) kelainan yang terjadi akibat
gangguan peredaran darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1.
Infark Ischemik (Stroke
non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi
menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang disebabkan oleh thrombus dan stroke
embolik, yang disebabkan oleh embolus. Harsono (1993 : 30) membagi stroke non
haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya antara lain :
a.
Serangan Iskemia
sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
b.
Defisit Neurologik
Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik Defisit (RIND). Gejala
neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari seminggu.
c.
Stroke Progresif
(Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
d.
Completed Stroke
Kelainan saraf yang
sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
2.
Perdarahan (Stroke
Hemoragi)
Terjadi pecahnya
pembuluh darah otak.
B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari stroke diurutkan
dari yang paling penting adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,
hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme
sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti
hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus
atau penyakit vascular perifer.
Faktor resiko terjadinya stroke
antara lain:
1.
Yang tidak dapat dikendalikan: Umur,
factor familial dan ras
2.
Yang dapat dikendalikan: hipertensi, penyakit kardiovaskuler
(penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif), kolesterol tinggi, obesitas,
kadar hematokrit tinggi, diabetes, kontrasepsi oral, merokok, penyalahgunaan
obat, konsumsi alcohol.
Harsono (1999 : 60) membagi factor risiko yang dapat ditemui pada
klien dengan Stroke yaitu:
Faktor risiko utama
a.
Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan
pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak
menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan
mengalami kematian.
b.
Diabetes Mellitus
Debetes mellituas mampu ,menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter
pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak, pada
akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak.
c.
Penyakit Jantung
Beberapa Penyakit Jantung berpotensi
menimbulkan strok. Dikemudian hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit
jantung koroner dengan infark obat jantung dan gangguan irana denyut janung.
Factor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran
darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang
telah mati ke aliran darah.
d.
Transient Ischemic
Attack (TIA)
TIA
dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam seminggu.
Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk mengalami stroke
semakin besar.
Faktor Resiko Tambahan
a.
Kadar
lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.
Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk
terjadinya asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah.
b.
Kegemukan
atau obesitas
c.
Merokok
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah.
Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah.
d.
Riwayat
keluarga dengan stroke
e.
Lanjut
usia
f.
Penyakit
darah tertentu seperti polisitemia dan leukemia. Polisitemia dapat menghambat
kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat
menyebabkan terjadinya pendarahan otak.
g.
Kadar
asam urat darah tinggi
h.
Penyakit
paru- paru menahun
C. TANDA DAN GEJALA
Stoke menyebabkan defisit neurologik,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adequate dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan
meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2.
Lumpuh pada salah satu sisi wajah
“Bell’s Palsy”
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang
“Homonimus Hemianopsia” (kehilangan setengah lapang pandang)
6.
Gangguan bahasa (Disartria: kesulitan
dalam membentuk kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara)
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan status mental
D. KLASIFIKASI
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan
etiologi atau dasar perjalanan penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit
,stroke dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1.
Serangan iskemik sepintas (TIA :
Transient Ischemic Attact) : merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul
mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan stroke
berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana defisit neurologisnya terus bertambah
berat.
3.
Stroke lengkap/completed : gangguan
neurologis maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana
defisit neurologisnya pada saat onset lebih berat, bias kemudian
membaik/menetap
Klasifikasi
berdasarkan patologi:
1.
Stroke hemoragi : stroke yang terjadi karena pembuluh darah
di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma,
malformasi arteri venosa.
2.
Stroke non hemoragi : stroke yang disebabkan embolus dan
thrombus.
E. PATOFISIOLOGI
1.
Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan
penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis selebral dan perlambatan
sirkulasi selebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang adalah
penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral
bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien
mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum
lainnya. Secara umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan
bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
2.
Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya
dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat atrosklerosis. Proses
aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria
besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan
sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai,
sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak
cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung.
Trombi juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh –
pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah
sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan
basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin
difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat
terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya
seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
3.
Embolisme : embolisme sereberi termasuk
urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita embolisme biasanya
lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli sereberi
berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi
sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga
mungkin berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis
interna. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering
terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.
4.
Perdarahan serebri : perdarahan serebri
termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh
Darah Otak) dan merupakan sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan
yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat
mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di
sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan
sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya
akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut histologis otak yang terletak di
sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan mengalami nekrosis. Karena kerja
enzim – enzim akan terjadi proses pencairan, sehingga terbentuk suatu rongga.
Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik akan terganti oleh astrosit dan
kapiler – kapiler baru sehingga terbentuk jalinan di sekitar rongga tadi.
Akhirnya rongga terisi oleh serabut – serabut astroglia yang mengalami proliferasi.
Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya suatu aneurisme.
Kebanyakan aneurisme mengenai sirkulus wilisi. Hipertensi atau gangguan
perdarahan mempermudah kemungkinan ruptur. Sering terdapat lebih dari satu
aneurisme.
5.
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab
utama kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di
luar duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater,
(hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam
substansi otak (hemoragi intraserebral).
·
Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur
tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.
·
Hemoragi subdural (termasuk hemoragi
subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa
hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan
hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada
otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa
menunjukkan tanda dan gejala.
·
Hemoragi subarachnoid dapat terjadi
sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah
kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena
kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
·
Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena
penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih
muda dari 40 tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi
arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi
arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral,
amfetamin dan berbagai obat aditif).
Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia.
Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar,
makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran
dan abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan
hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada diagnosis penyakit serebrovaskular,
maka tindakan arteriografi adalah esensial untuk memperlihatkan penyebab dan
letak gangguan. CT Scan dan MRI merupakan sarana diagnostik yang
berharga untuk menunjukan adanya hematoma, infark atau perdarahan. EEG dapat
membantu dalam menentukan lokasi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosa stroke antara lain adalah:
1.
Angiografi
Arteriografi dilakukan
untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. Suatu kateter dimasukkan
dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis di daerah inguinal menuju
arterial, yang sesuai kemudian zat warna disuntikkan.
2.
CT-Scan
CT-scan
dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
3.
EEG (Elektro
Encephalogram)
Dapat menunjukkan
lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah yang mengalami
gangguan.
4.
Pungsi Lumbal
·
menunjukan adanya
tekanan normal
·
tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
5.
MRI
: Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
6.
Ultrasonografi Dopler :
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7.
Sinar X Tengkorak :
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi utama pada stroke yaitu :
1.
Hipoksia
Serebral
2.
Penurunan
darah serebral
3.
Luasnya
area cedera
(Smeltzer
C. Suzanne, 2002, hal 2131)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
- Secepatnya pada terapeutik window (waktu dari serangan hingga mendapatkan pengobatan maksimal)
Therapeutik window ini ada 3 konsensus:
a.
Konsensus amerika : 6 jam
b.
Konsensus eropa: 1,5 jam
c.
Konsensus asia: 12 jam
Prinsip pengobatan pada therapeutic window:
a.
Jaringan penubra ada aliran lagi
sehingga jaringan penubra tidak menjadi iskhemik.
b.
Meminimalisir jaringan iskhemik yang
terjadi.
- Terapi umum
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai
berikut :
a.
Menstabilkan tanda – tanda vital
1)
memepertahankan saluran nafas (sering
melakukan penghisapan yang dalam , O2, trakeotomi, pasang alat bantu
pernafasan bila batang otak terkena)
2)
kendalikan tekanan darah sesuai dengan
keadaan masing – masing individu ; termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi
maupun hipertensi.
b.
Deteksi dan memperbaiki aritmia
jantung
c.
Merawat kandung kemih. Sedapat
mungkin jangan memasang kateter tinggal; cara ini telah diganti dengan
kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4 sampai 6 jam.
d.
Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :
1)
penderita harus dibalik setiap jam dan
latihangerakan pasif setiap 2 jam
2)
dalam beberapa hari dianjurkan untuk
dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak 50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk
mencegah tekanan pada daerah tertentu dan untuk mencegah kontraktur (terutama
pada bahu, siku dan mata kaki)
- Terapi khusus
Ditujukan
untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low
heparin, tPA.
a.
Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja:
Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus
Meningkatkan deformalitas eritrosit
Memperbaiki sirkulasi intraselebral
b.
Neuroprotektan
a.
Piracetam: menstabilkan membrane sel
neuron, ex: notropil
Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan
sintesis glikogen
b.
Nimodipin: gol. Ca blocker yang
merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel, ex.nimotup
Cara kerja dengan merintangi masuknya
Ca2+ ke dalam sel dan memperbaiki perfusi jaringan otak
c.
Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin
Cara kerja dengan menurunkan free faty
acid, menurunkan generasi radikal bebas dan biosintesa lesitin, Ekstrax
gingkobiloba, ex ginkan.
- Pengobatan konservatif
Pada
percobaan vasodilator mampu meningkatkan aliran darah otak (ADO), tetapi belum
terbukti demikian pada tubuh manusia. Dilator yang efektif untuk pembuluh di
tempat lain ternyata sedikit sekali efeknya bahkan tidak ada efek sama sekali
pada pembuluh darah serebral, terutama bila diberikan secara oral (asam
nikotinat, tolazolin, papaverin dan sebagainya), berdasarkan uji klinis
ternyata pengobatan berikut ini masih berguna : histamin, aminofilin,
asetazolamid, papaverin intraarteri.
- Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa
penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan
kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Kerusakan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot, kontrol
- perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan perdarahan otak. Oedem otak
3.
Kurang perawatan diri b.d kelemahan
fisik
4.
Kerusakan komunikasi verbal b.d
kerusakan otak
5.
Resiko kerusakan integritas kulit b.d
faktor mekanik
6.
Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan
primer
- INTERVENSI
No
|
Diagnosa
|
Tujuan/KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kerusakan mobilitas fisik b.d penuruna n kekuatan otot
|
NOC : Ambulasi/ROM normal dipertahankan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam
KH:
o Sendi tidak kaku
o Tidak terjadi atropi otot
|
NIC :
1.Terapi latihan
Mobilitas sendi
o Jelaskan pada klien&kelg
tujuan latihan pergerakan sendi.
o Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama latihan
o Gunakan pakaian yang longgar
o Kaji kemampuan klien
terhadap pergerakan
o Encourage ROM aktif
o Ajarkan ROM aktif/pasif pada
klien/keluarga.
o Ubah posisi klien tiap 2
jam.
o Kaji
perkembangan/kemajuan latihan
2. Self care Assistance
o Monitor kemandirian klien
o bantu perawatan diri klien
dalam hal: makan,mandi, toileting.
o Ajarkan keluarga dalam
pemenuhan perawatan diri klien.
|
Pergerakan aktif/pasif bertujuan untuk mempertahankan
fleksibilitas sendi
Ketidakmampuan fisik dan psikologis klien dapat
menurunkan perawatan diri sehari-hari dan dapat terpenuhi dengan bantuan agar
kebersihan diri klien dapat terjaga
|
2.
|
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d perdarahan
otak, oedem
|
o NOC: perfusi jaringan
cerebral. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam perfusi
jaringan adekuat dengan indikator :
o Perfusi jaringan yang
adekuat didasarkan pada tekanan nadi perifer, kehangatan kulit, urine output
yang adekuat dan tidak ada gangguan pada respirasi
|
NIC : Perawatan
sirkulasi
Peningkatan perfusi jaringan otak
Aktifitas :
1.
Monitor status neurologik
2.
monitor status respitasi
3.
monitor bunyi jantung
4.
letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan
dalam posisi netral
5.
kelola obat sesuai order
6.
berikan Oksigen sesuai indikasi
|
1.
mengetahui kecenderungan tk kesadaran dan potensial
peningkatan TIK dan mengetahui lokasi. Luas dan kemajuan kerusakan SSP
2.
Ketidakteraturan pernapasan dapat memberikan gambaran
lokasi kerusakan/peningkatan TIK
3.
Bradikardi dapat terjadi sebagai akibat adanya
kerusakan otak.
4.
Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase
& meningkatkan sirkulasi
5.
Pencegahan/pengobatan penurunan TIK
6.
Menurunkan hipoksia
|
3.
|
Resiko infeksi b.d
penurunan pertahan primer
|
NOC : Risk
Control Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam klien tidak mengalami infeksi
KH:
o Klien bebas dari tanda-tanda
infeksi
o Klien mampu menjelaskan
tanda&gejala infeksi
|
NIC : Cegah infeksi
1.
Mengobservasi & melaporkan tanda & gejala
infeksi, seperti kemerahan, hangat, rabas dan peningkatan suhu badan
2.
mengkaji suhu klien netropeni setiap 4 jam, melaporkan
jika temperature lebih dari 380C
3.
Menggunakan thermometer elektronik atau merkuri untuk
mengkaji suhu
4.
Catat dan laporkan nilai laboratorium
5.
Kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor
lakukan dokumentasi yang tepat pada setiap perubahan
6.
Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada
protein untuk pembentukan system imun
|
1.
Onset infeksi dengan system imun diaktivasi & tanda
infeksi muncul
2.
Klien dengan netropeni tidak memproduksi cukup respon
inflamasi karena itu panas biasanya tanda & sering merupakan satu-satunya
tanda
3.
Nilai suhu memiliki konsekuensi yang penting terhadap
pengobatan yang tepat
4.
Nilai lab berkorelasi dgn riwayat klien &
pemeriksaan fisik utk memberikan pandangan menyeluruh
5.
Dapat mencegah kerusakan kulit, kulit yang utuh
merupakan pertahanan pertama terhadap mikroorganisme
6.
Fungsi imun dipengaruhi oleh intake protein
|
4.
|
Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
|
NOC : Self Care Assistance( mandi, berpakaian, makan,
toileting.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24
jam Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri
KH:
-Klien terbebas dari bau, dapat makan sendiri, dan
berpakaian sendiri
|
NIC : Self Care
1.
Observasi kemampuan klien untuk mandi, berpakaian dan
makan.
2.
Bantu klien dalam posisi duduk, yakinkan kepala dan
bahu tegak selama makan dan 1 jam setelah makan
3.
Hindari kelelahan sebelum makan, mandi dan berpakaian
4.
Dorong klien untuk tetap makan sedikit tapi sering
|
1.
Dengan menggunakan intervensi langsung dapat menentukan
intervensi yang tepat untuk klien
2.
Posisi duduk membantu proses menelan dan mencegah
aspirasi
3.
Konservasi energi meningkatkan toleransi aktivitas dan
peningkatan kemampuan perawatan diri
4. Untuk meningkatkan nafsu
makan
|
5.
|
Resiko kerusakan intagritas kulit b.d faktor mekanik
|
NOC: mempertahankan integritas kulit
Setelah dilakukan perawatan 5 x 24 jam integritas kulit
tetap adekuat dengan indikator :
Tidak terjadi kerusakan kulit ditandai dengan tidak
adanya kemerahan, luka dekubitus
|
NIC: Berikan manajemen tekanan
1.
Lakukan penggantian alat tenun setiap hari dan
tempatkan kasur yang sesuai
2.
Monitor kulit adanya area kemerahan/pecah2
3.
monitor area yang tertekan
4.
berikan masage pada punggung/daerah yang tertekan serta
berikan pelembab pad area yang pecah2
5.
monitor status nutrisi
|
1.
Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi resiko
gatal-gatal
2.
Menandakan gejala awal à lajutan kerusakan
integritas kulit
3.
Area yang tertekan biasanya sirkulasinya kurang optimal
shg menjadi pencetus lecet
4.
Memperlancar sirkulasi
5.
Status nutrisi baik dapat membantu mencegah keruakan
integritas kulit.
|
6
|
Kurang pengetahuan b.d kurang mengakses informasi
kesehatan
|
NOC : Pengetahuan klien meningkat
KH:
-Klien dan keluarga memahami tentang penyakit Stroke,
perawatan dan pengobatan
|
NIC : Pendidikan kesehatan
1.
Mengkaji kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar
2.
Mengkaji pengetahuan dan ketrampilan klien sebelumnya
tentang penyakit dan pengaruhnya terhadap keinginan belajar
3.
Berikan materi yang paling penting pada klien
4.
Mengidentifikasi sumber dukungan utama dan perhatikan
kemampuan klien untuk belajar dan mendukung perubahan perilaku yang
diperlukan
5.
Mengkaji keinginan keluarga untuk mendukung perubahan
perilaku klien
6.
Evaluasi hasi pembelajarn klie lewat demonstrasi dan
menyebutkan kembali materi yang diajarkan
|
Proses belajar tergantung pada situasi tertentu,
interaksi social, nilai budaya dan lingkungan
Informasi baru diserap meallui asumsi dan fakta
sebelumnya dan bias mempengaruhi proses transformasi
Informasi akan lebih mengena apabila dijelaskan dari
konsep yang sederhana ke yang komplek
Dukungan keluarga diperlukan untuk mendukung perubahan
perilaku
|
DAFTAR PUSTAKA
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus
Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus
Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan
Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Prima Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., dkk. 1999. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2000. Brunner and Suddart: Textbook of Medical Surgical Nursing ( 9th
edition). Lippincott: William & Willkins Philadelphia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar