A.
Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasarkan
keadaan emosi yang mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari
keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri
atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasanatau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan baik verbal maupun non verbal
yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang muncul
akibat perasaan jengkel / kesal / marah.
B.
Manifestasi
Klinis
Menurut Keliat (2006) adalah:
a.
Klien
mengatakan benci / kesal dengan seseorang
b.
Suka
membentak
c.
Menyerang
orang yang sedang mengusiknya jika sedang kesal atau kesal
d.
Mata
merah dan wajah agak merah
e.
Nada
suara tinggi dan keras
f.
Bicara
menguasai
g.
Pandangan
tajam
h.
Suka
merampas barang milik orang lain
i.
Ekspresi
marah saat memnicarakan orang
C.
Etiologi
·
Faktor Predisposisi
a)
Faktor Psikologis
Psiconalytical Theory :
teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instructual
drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting,
pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua :
insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.
b)
Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa
agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif dapat dipelajari
melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka
semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap
keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma
dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak
dapat diterima sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah
dengan cara yang asertif.
c)
Faktor biologis
Ada beberapa penelitian
membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis, penelitian
neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).
·
Faktor Presipitasi
Secara
umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam.
Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan
adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam,
mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya.
Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal :
serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya
kritikan dari orang lain, sedangkan contoh dari stressor internal : merasa
gagal dalam bekerja, merasa kehilangan seseoranga yang dicintai, dan ketakutan
terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang perawat-klien,
maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :
a)
Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.
b) Lingkungan : ribut, kehilangan orang atau objek yang berharga, konflik interaksi social.
D. Rentang Respon
Kegagalan yang
menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau
respo melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon
maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang
rendah sampai yang tinggi, yaitu:
· Asertif:
mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega
· Frustasi:
merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis
· Pasif:
diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami
· Agresif:
memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain mengancam,
member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
· Kekerasan:
sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan
menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata – kata ancaman, disertai melukai
pada tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius. Klien
tidak mampu mengendalikan diri.
E. Psikopatologi
(Depkes, 2000)
mengemukakan bahwa stress, cemas dan merah merupakan bagian kehidupan
sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan
kecamasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan
dapat menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan.
Respon terhadap
marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal
dapat barupa perilak kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku
depresi dan penyakit fisik. Mengekspresiakan marah dengan perilaku konstruktif
dengan menggunakan kata- kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti
orang lain, akan member perasaan lega, menurunkan ketegangan, sehingga perasaan
marah dapat diatasi.
F. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri, orang
lain dan lingkungan Akibat
Perilaku
kekerasan Core problem
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Penyebab
( Sumber: Keliat, B. A., 2006)
G.
Diagnosa
Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan
persepsi sensori: Halusinasi
3. Resiko
tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
H.
Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Perilaku
Kekerasan
a
Tujuan Umum
Klien tidak melakukan
tindakan kekerasan baik kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
b
Tujuan Khusus
1.
Klien dapat membina hubungan saling
percaya
¨ Kriteria evaluasi :
-
Klien mau membalas salam
-
Klien mau berjabat tangan
-
Kllien mau menyebut nama
-
Klien mau tersenyum
-
Klien ada kontak mata
-
Klien mau mengetahui nama perawat
-
Klien mau menyediakan waktu untuk perawat
¨ Intervensi Keperawatan :
-
Beri salam dan panggil nama klien
-
Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
-
Jelaskan maksud hubungan interaksi
-
Jelaskan kontrak yang akan dibuat
-
Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
-
Lakukan kontak singkat tetapi sering
¨ Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan
dasar untuk hubungan selanjutnya.
2.
Klien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan
¨ Kriteria Evaluasi :
-
Klien mengungkapkan perasaannya
-
Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/
kesal ( diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
¨ Intervensi keperawatan :
-
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
- Bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab perasaan marah, jengkel/ kesal
¨ Rasionalisasi :
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi
stress dan penyebab marah, jengkel/ kesal dapat diketahui.
3.
Klien dapat mengidentifikasi tanda
perilaku kekerasan
¨ Kriteria evaluasi :
-
Klien dapt mengungkapkan tanda-tanda marah, jengkel/ kesal
- Klien dapat menyimpulkan
tanda-tanda marah, jengkel/ kesal yang dialami
¨ Intervensi keperawatan :
-
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami soal marah,
jengkel/ kesal.
-
Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
-
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang
dialami klien.
¨ Rasionalisasi :
-
Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
-
Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/ kesal
-
Menarik kesimpulan bersama klien supaya kllien mengetahui
secara garis besar tanda- tanda marah / kesal.
4.
Klien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
¨ Kriteria evaluasi:
-
Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan klien.
-
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
-
Klien mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah/ tidak
¨ Intervensi:
-
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien
-
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
-
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai.
¨ Rasionalisasi:
-
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
-
Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa klien lakukan
dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dengan destruktif
-
Dapat membantu klien, dapat menggunakan cara yang dapat
menyelesaikan masalah.
5.
Klien dapat mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan
¨ Kriteria evaluasi:
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
¨ Intervensi keperawatan:
-
Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah dilakukan
klien
-
Bersama klien simpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien.
-
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat.
¨ Rasionalisasi:
-
Membantu klien menilai perilaku kekerasan yang dilakukan.
-
Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien
dapat mengubah perilaku destruktidf menjadi konstruktif.
-
Agar klien dapat mempelajari perilaku konstruktif yang lain.
6.
Klien dapat mengidentifikasi cara
konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
¨ Kriteria evaluasi:
Klien
dapat melakukan cara berespon terhdap kemarahan secara konstruktif.
¨ Intervensi:
-
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat
-
Berikan pujian bila klien mengetahui cara lain yang sehat.
-
Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
a. Secara fisik: tarik nafas dalam saat kesal, memukul kasur/ bantal, olah
raga, melakukan pekerjaan yang penuh tenaga.
b. Secara verbal: katakan pada perawat atau orang lain
c. Secara sosial: latihan asertif, manajemen PK.
d. Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdoa,/ ibadah lain
¨ Rasionalisasi:
-
Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk
mengurangi kekesalannya sehingga klien tidak stress lagi.
-
Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan
harga dirinya.
- Berdiskusi dengan klien
untuk memilih cara yang lain dan sesuai dengan
kemampuan klien.
7.
Klien dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol perilaku kekerasan
¨ Kriteria
evaluasi:
- Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
a. Fisik: tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman.
b. Verbal: mengatakan langsung denhan tidak menyakiti.
c. Spiritual : sembahyang, berdoa, ibadah lain
¨ Intervensi keperawatan:
-
Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
-
Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
-
Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
-
Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut.
-
Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari
saat marah.
¨ Rasionalisasi:
-
Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon
perilaku kekerasan secara tepat.
-
Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah
dipilihnya dengan melihat manfaatnya.
-
Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif
-
Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.
- Agar klien dapat
melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang kesal.
8.
Klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol perilaku kekerasan.
¨ Kriteria
evaluasi:
-
Keluarga klien dapat:
a. Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan
b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
¨ Intervensi keperawatan:
- Identifikasi kemampuan keluarga klien dari sikap apa yang telah dilakukan
keluarga terhadap klien selama ini.
- Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
- Jelaskan cara-cara merawat klien.
- Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
- Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
¨ Rasionalisasi:
- Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi akan memungkinkan keluarga untuk
melakukan penilaian terhadap perilaku kekerasan
- Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien sehingga
keluarga terlibat dalam perawatan klien.
- Agar keluarga dapat klien dengan perilaku kekerasannya
- Agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui demonstrasi yang
dilihat keluarga secara langsung.
- Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi.
9.
Klien dapat menggunakan obat dengan
benar (sesuai program pengobatan)
¨ Kriteria evaluasi:
- klien dapat menyebutkan obat- obatan yang diminum dan kegunaan (jenis,
waktu, dosis, dan efek)
- klien dapat minum obat sesuai program terapi
¨ Intervensi keperawatan:
- Jelaskan jenis- jenis obat yang diminum klien (pada klien dan keluarga)
- Diskusikan menfaat minum obat dan kerugian jika berhenti minum obat tanpa
seijin dokter
- Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis, waktu, cara minum).
- Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
- Anjurkan klien melapor kepada perawat/ dokter bila merasakan efek yang
tidak menyenangkan.
- Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan benar.
¨ Rasionalisasi:
- klien dan keluarga dapat mengetahui mana-mana obat yang diminum oleh klien.
- Klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi oleh
klien.
- Klien dan keluarga dapat mengetahui prinsip benar agartidak terjadi
kesalahan dalam mengkonsumsi obat.
- Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan bersedia minum
obat dengan kesadaran sendiri.
- Mengetahui efek samping obat sedini mungkin sehingga tindakan dapat
dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi.
- Reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien serta
meningkatkan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat,
B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Stuart
& Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona P, Kapoh. Jakarta: EGC.
Yoseph,
Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi
Revisi). Bandung: Revika Aditama.
STRATEGI
PELAKSANAAN
A.
Diagnosa
Keperawatan
Perilaku Kekerasan
B.
Tujuan
Khusus
a.
Pasien
dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b.
Pasien
dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
c.
Pasien
dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
d.
Pasien
dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
C. Tindakan
Keperawatan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya,
identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku
kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I.
SP 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik ke-2
a.
Evaluasi
latihan nafas dalam
b.
Latih
cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c.
Susun
jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien : Latihan
mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a.
Evaluasi
jadwal harian untuk dua cara fisik
b.
Latihan
mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual
a.
Diskusikan
hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal
b.
Latihan
sholat/berdoa
c.
Buat
jadual latihan shoalat/berdoa
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol
perilaku kekerasan dengan obat
a.
Evaluasi
jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b. Latih
pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun
jadual minum obat secara teratur
D.
Strategi
Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Fase Orientasi :
-
“Assalamualaikum mba, perkenalkan nama saya Novita, biasa
dipanggil Vita. Saya yang akan merawat mba hari ini sampai jam 2 siang nanti”.
-
“Nama mba
siapa, senangnya dipanggil siapa ? ooh .. baik kalau begitu saya panggil N saja
ya ?”.
-
“Bagaimana
perasaan N hari ini ? sepertinya N terlihat gelisah, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang perasaan N yang masih suka kesal dan marah-marah. N
ada waktu ?”
-
“Bagaimana
kalau 10-15 menit. Dimana N ingin kita ngobrol-ngobrol ?”
-
“Baiklah kita
akan berbincang-bincang di taman depan selama 15 menit ya N. Mari kita kesana
sekarang”.
Fase Kerja :
-
“Apa yang menyebabkan N
marah ? Apakah sebelumnya N pernah marah? Terus, penyebabnya apa ? Samakah
dengan yang sekarang ? jadi marah N sekarang karena peceraian orangtua N ya ?”
-
“Apakah N merasakan kesal kemudian
dadanya berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan
mengepal?”
-
“Setelah itu apa yang N
lakukan? O..iya, jadi N berteriak-teriak, memarahi dan memukul orang di sekitar
N ?, apakah dengan cara ini keluarga N dapat bersatu kembali? tentu tidak kan
N. Menurut N apa kerugiannya kalau N melakukan cara-cara yang tadi saat marah ?
Betul, semua orang di sekitar N menjadi takut dan piring-piring pun menjadi
pecah. Menurut N adakah cara lain yang lebih baik? Maukah N belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
-
“Ada beberapa cara untuk mengontrol
kemarahan, N. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan
fisik disalurkan rasa marah N, hari ini kita latihan cara yang pertama dulu ya
N”.
-
”Begini
N, kalau tanda-tanda marah tadi sudah N rasakan, maka N berdiri
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Coba N lakukan
seperti yang tadi saya lakukan. Ya benar seperti itu N, bagus...tahan dan
keluarkan perlahan-lahan”.
-
“Nah, sebaiknya latihan
ini N lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul,
N sudah terbiasa melakukannya”.
Fase Terminasi :
-
”Bagaimana perasaan N
setelah berbincang–bincang dengan saya hari ini tentang kemarahan N ?”
-
”Ooh iya, N masih ingat
kan apa yang kita obrolkan tadi, coba diulangi lagi N apa kerugian dari
tindakan N itu ?. Ya betul, jadi marah itu banyak sekali kerugiannya”.
-
”Sekarang kita buat
jadual latihan untuk N tentang cara yang pertama tadi untuk mengontrol marah ya
N. Berapa kali N mau latihan dalam sehari ? jam berapa saja ?”
-
”Baiklah, saya rasa
pertemuan kali ini sudah cukup. Bagaimana kalau nanti jam 4 sore kita
ngobrol-ngobrol tentang cara yang ke-dua, N ?
-
”Baiklah kalau begitu.
Assalamu’alaikum”.
SP 2 Pasien :
Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi
latihan nafas dalam
b. Latih
cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun
jadwal kegiatan harian cara kedua
Fase
Orientasi :
-
“Assalamualaikum N.
Sesuai dengan janji saya tadi pagi, sore ini kita akan ngobrol-ngobrol tentang
cara yang ke-dua untuk mengontrol emosi N ya?”.
-
“Bagaimana perasaan N
sore ini, apakah N sudah latihan cara yang pertama tadi ?”
-
“Bagus sekali, sekarang
saya akan ajarkan bagaimana cara yang ke-dua untuk mengontrol emosi. N mau
berapa lama dan dimana N mau kita ngobrol-ngobrol ?”
-
“Baiklah, kita
ngobrol-ngobrol selama 20 menit dan kita ngobrolnya di depan kamar N saja ya ?
Mari kita kesana sekarang”.
Fase Kerja :
-
“Kalau ada yang
menyebabkan N marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot,
selain napas dalam N juga dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
-
“Sekarang mari kita
latihan memukul kasur dan bantal. Ini saya sudah siapkan bantal. Jadi kalau
nanti N kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur atau pun bantal. Nah, coba N lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus
sekali N”.
-
“Cara ini dapat N lakukan
saat marah tanpa harus N menyakiti orang lain kan N ? Nah cara ini pun dapat
dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan
tempat tidurnya saat emosi Nsudah hilang”.
Fase
Terminasi :
-
“Bagaimana perasaan N setelah
latihan cara menyalurkan marah tadi ?”
-
“Ada berapa cara yang
sudah kita pelajari ,coba N sebutkan lagi ? ya benar sekali N”.
-
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari N. Mau
jam berapa saja N latihan dua cara yang sudah saya ajarkan tentang cara
mengontrol marah ? baiklah N tulis di kertas ini ya.”
-
“Lalu kalau ada keinginan
marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya N”.
-
“Besok pagi kita ketemu
lagi ya N, dan kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa N ? Baik, jam 10 pagi ya.”
-
“Sampai jumpa.
Assalamu’alaikum”.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus