Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (Towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran
dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara
spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri,
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).
B. Manifestasi
Klinis
1.
Apatis, ekspresi
sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak
memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
3. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang
mobilitasnya.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya
perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.
C.
Proses
Terjadinya Masalah
1.
Faktor Predisposisi
Faktor
predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan
yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain,
ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar
dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
Kehilangan
, perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis
,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi ,
kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang berlangsung lama.
2.
Faktor Presipitasi
Faktor
sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga faktor dan berpisah karena
meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga
sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari
lingkungan (Stuart
and Sundeen, 1995).
RENTANG RESPON ISOLASI SOSIAL
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri
Menarik diri
Otonomi
Dependensi Ketergantungan
Bekerja sama
Curiga Manipulasi
Interdependen Curiga
D. Patopsikologi
Individu yang mengalami isolasi social seringkali
beranggapan sumber / penyebab isolasi social itu dari lingkungannya. Padahal
rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologikterhadap
kejadian traumatic sehubungan dengan rasa bersalah, marah, sepi dan takut
ditinggal orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat
mengancam harga diri (Self Esteem)
dan kebutuhan keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya
kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsimengenai perbedaan
apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun, sehingga gejala sesuatu
yang diartikan berbeda dengan proses rasionalisasi tidak efektif lagi. Hal ini
menyebabkan lebih sukar lagi membedakan mana yang berasal dari pikiran sendiri
dan dari lingkungan.
Untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan sumber koping meliputi ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah, tekhnik
pertahanan, dukungan social dan motivasi, sumber koping sebagai model ekonomi
dapt membantu seseorang mengintergrasikan pengalaman yang menimbulkan rasa
stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Semua orang betapapun
terganggu perilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal yang mungkin
meliputi: Aktivitas keluarga, hobi seni kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan
kecerdasan dan hubungan interpersonal. Dukungan social dari peningkatan respon
psikofisiologis yang adaptif. Motivasi berasal dari dukungan keluarga ataupun
individu sendiri sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri pada
individu (Stuart & Sundeen, 1998).
Jika individu tidak mempunyai mekanisme koping dari
yang kuat maka akan mengikuti respon destruktif diantaranya:
a.
Menarik diri : karena mengalami kecemasan yang berat
sehingga hanya mengurung diri yang mengakibatkan kesulitan dalam membina
hubunga social secara terbuka dengan orang lain.
b.
Dependen :
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dalam hubungan dengan orang
lain.
c.
Manipulasi : Individu sudah tidak bisa membina hubungan
social secara mendalam karena menggap orang lain sebagai objek.
d.
Impulsif : Penilaian yang buruk individu sudah
tidak bisa diandalkan untuk berhubungan dengan orang lain.
e.
Individu sudah
mengalami harga diri yang rapuh karena mengharapkan penghargaan dan pujian dan
orang lain tidak mendukung.
E. Pohon
Masalah


Gangguan
konsep diri: Harga diri rendah Penyebab
F. Diagnosa
Keperawatan
1.
Isolasi
social: menarik diri
2.
Gangguan
konsep diri: harga diri rendah
3.
Gangguan
persepsi sensori: halusinasi
G. Rencana
Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Isolasi sosial
a. Tujuan
Umum:
Isilasi
social: menarik diri tidak tejadi lagi
b. Tujuan Khusus: Setelah tindakan keperawatan, pasien
mampu
1. Membina
hubungan saling percaya
2. Menyadari
penyebab isolasi social
3. Berinteraksi
dengan orang lain
c. Tindakan
1. Membina
Hubungan Saling Percaya
Tindakan
yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya, adalah :
-
Mengucapkan
salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
-
Berkenalan
dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang Saudara sukai, serta tanyakan nama dan
nama panggilan pasien
-
Menanyakan
perasaan dan keluhan pasien saat ini
-
Buat
kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya di mana
-
Jelaskan
bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
terapi
-
Setiap
saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
-
Penuhi
kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2. Membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial
Langkah-langkah untuk
melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :
-
Menanyakan
pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
-
Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
3. Membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dengan orang lain
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab dengan mereka
4. Membantu pasien mengenal
kerugian tidak berhubungan
Dilakukan
dengan cara:
-
Mendiskusikan
kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
-
Menjelaskan
pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
5. Membantu pasien untuk
berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
-
Beri
kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan di hadapan Saudara
-
Mulailah
bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat atau keluarga)
-
Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
-
Beri
pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
-
Siap
mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain.
Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
Diagnosa 2: Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
·
Tujuan
:
1)
Pasien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2)
Pasien
dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3)
Pasien
dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4)
Pasien
dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5)
Pasien
dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
·
Tindakan
Keperawatan :
1)
Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
-
Mendiskusikan
bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam
keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
-
Beri
pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif.
2)
Membantu
pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
-
Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini.
-
Bantu
pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
-
Perlihatkan
respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3)
Membantu
pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
-
Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan
sehari-hari.
-
Bantu
pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana
kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja
yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama
pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4)
Melatih
kemampuan yang dipilih pasien
-
Mendiskusikan
dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
-
Bersama
pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
-
Berikan
dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5)
Membantu
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang dilatih
-
Memberi
kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
-
Beri
pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
-
Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
-
Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih
-
Berikan
kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan
Diagnosa 3: Gangguan
persepsi sensori : halusinasi
1.
Tujuan umum :
Perilaku halusinasi tidak terjadi lagi
2. Tujuan khusus :
a.
Klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan perawat
Kriteria evaluasi :
·
Klien mau membalas salam
·
Klien mau berjabat tangan
·
Kllien mau menyebut nama
·
Klien mau tersenyum
·
Klien ada kontak mata
· Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Tindakan :
· Beri salam dan panggil nama klien
· Sebutkan nama perawat sambil berjabat
tangan
· Jelaskan
maksud hubungan interaksi
· Jelaskan kontrak yang akan dibuat
· Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati
· Lakukan
kontak singkat tetapi sering
· Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
b.Klien dapat
mengenal halusinasinya.
Kriteria
evaluasi :
· Klien dapat menyebutkan waktu, isi,
frekuensi timbulnya halusinasi.
· Klien dapat mengungkapkan perasaan
terhadap halusinasinya.
Tindakan :
· Adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap.
· Observasi tingkah laku klien terkait
dengan halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang
kekiri/ kekanan/ kedepan seolah- olah ada teman bicara.
· Bantu
klien mengenal halusinasinya.
1)
Jika
menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
2)
Jika
klien menjawab “ya” lanjutkan apa yang dikatakan.
3)
Katakan
bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat tidak
mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
4)
Katakan
bahwa klien lain juga seperti klien.
5)
Katakan
bahwa perawat akan membantu klien.
·
Diskusikan
dengan klien tentang :
1)
Situasi
yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
2)
Waktu
dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika
sendiri, jengkel atau sedih).
· Diskusikan apa yang dirasakan klien jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasananya.
c. Klien
dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria
evaluasi :
· Klien dapat menyebutkan tindakan yang
biasa dilakukan untuk mengndalikan halusinasinya.
· Klien dapat menyebutkan cara baru.
· Klien dapat memilih cara mengatasi
halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien.
· Klien dapat melaksanakan cara yang telah
dipilih untuk mengendalikan halusinasinya.
· Klien dapat mengikuti terapi aktivitas
kelompok.
Tindakan :
·
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dan lain-
lain).
·
Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan
klien, jika bermanfaat beri pujian.
· Diskusikan cara baru untuk memutus /
mengontrol timbulnya halusinasi :
1) Katakan : “Saya tidak mau dengar kamu”
(pada saat halusinasi terjadi).
2) Menemui orang lain (perawat/ teman/
anggota keluarga) untuk bercakap- cakap atau mengatakan halusinasi yang
didengar.
3) Membuat jadwal kegiatan sehari- hari agar
halusinasi tidak sampai muncul.
4) Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa
jika tampak bicara sendiri.
· Bantu klien memilih dan melatih cara
memutus halusinasi secara bertahap.
· Beri kesempatan klien untuk melakukan cara
yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
· Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.
d.
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
· Keluarga dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat.
· Keluarga dapat menyebutkan pengertian,
tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya.
Tindakan :
· Anjurkan klien untuk memberitahukan
keluarga jika mengalami halusinasi.
· Diskusikan dengan keluarga (pada saat
keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah).
1)
Gejala halusinasi.
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi.
3) Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasinya dirumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.
4) Beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai
orang lain.
e. Klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria
evaluasi :
· Klien dan keluarga dapat menyebutkan
manfaat, dosis dan efek samping obat.
· Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan
obat dengan benar.
· Klien dapat informasi tentang manfaat dan
efek samping obat.
· Klien memahami akibat berhentinya obat
tanpa konsultasi.
· Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar
penggunaan obat.
Tindakan :
· Diskusikan dengan klien dan keluarga
tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
· Anjurkan klien meminta obat sendiri pada
perawat dan merasakan manfaatnya.
· Anjurkan klien bicara sendiri dengan
dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
· Diskusikan akibat berhenti obat- obat
tanpa konsultasi.
· Bantu klien menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar.
STRATEGI PELAKSANAAN
A.
Diagnosa
Keperawatan
Isolasi
social: menarik diri
B.
Tujuan
Khusus
1. Membina
hubungan saling percaya
2. Menyadari
penyebab isolasi social
3. Berinteraksi
dengan orang lain
C.
Tindakan
Keperawatan
SP
1 Klien :Membina hubungan saling
percaya, membantu klien mengenal penyebab isolasi social, membantu klien
mangenal keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
mengajarkan klien berkenalan.
SP
2 Klien :Mengajarkan klien
berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan orang pertama (perawat)
SP
3 Klien :Mengajarkan klien
berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan orang kedua (pasien lain)
SP
1 Keluarga :memberikan penyuluhan pada
keluarga tentang masalah isolasi social dan cara merawat klien dengan isolasi
social.
SP
2 Keluarga :Melatih keluarga
mempraktekan cara merawat klien dengan masalah isolasi social.
SP
3 Keluarga :Membantu perencanaan pulang
bersama keluarga.
D.
Strategi
Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu
pasien mengenal penyebab isolasi sosial,
membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan.
1. Orientasi
“Assalamualaikum…”
“Bagaimana
kabarnya hari ini mba ?. Sehat ya …Mba, perkenalkan nama saya V, saya biasa di
panggil suster vita. Saya perawat yang bertugas pada pagi hari ini dari pukul
07.00 – 14.00 nanti ya. Selama mba di sisni saya yang akan merawat mba. Kalau
boleh tau nama mba siapa ? senang di panggil siapa ?.oohhh mba B ya ..Mba, coba
lihat kea rah saya. Nah …begitu.”
“Saya
lihat dari tadi mba sendirian, kenapa tidak bergabung dengan yang lain ?. Mba
sudah kenal belum dengan teman-teman yang ada di sini ?. Apa yang mba rasakan
?. Mba kesepian ? Kalau begitu bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
mengenal orang lain ? Tujuannya supaya mba tidak sendirian terus, tidak
kesepian lagi. Bagaimana mba mau kan ?. Kita akan bercakap-cakap dimana ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?. Mba mau berapa lama kita akan
bercakap-cakap? 10 menit saja ya ..”
2. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan
Keperawatan)
“ Tadi mba bilang, mba merasa kesepian, lalu
sewaktu di rumah mba tinggal dengan siapa ? Siapa orang tersekat mba? Lalu
orang yang mba ajak bicara siapa ? Kenapa mba tidak mau berbicara dengan mereka
? Apakah mereka pernah berbuat salah dengan mba ? Kalau begitu mengapa mba
menjauhi mereka ?.”
“Lalu
apa keseharian mba selama di rumah ? Menurut mba apa keuntungan mempunyai
banyak teman ?. Ya …benar sekali, keuntungannya jadi tidak kesepian lagi, ada
orang yang mau mendengarkan keluh kesah kita. Nah kalau begitu kerugiannya apa
mba ? Iya …benar. Jadi seperti yang mba sebutkan tadi ternyata banyak juga ya
kerugian kalau tidak mempunyai teman ? Kalau begitu mba mau kan mempunyai
benyak teman ?.”
“Baik,
sekarang saya akan mengajarkan mba cara berkenalan yang benar. Pertama, kita
harus bersalaman dengan orang yang diajak berkenalan. Ayo mba ulurkaan
tangannya. Kemudian tatap wajah orang yang akan kita ajak bicara. Selanjutnya
sebutkan nama, nama panggilan, asal,dan hobi. Nama saya V, saya senang
dipanggil vita, asal saya dari Purwokerto, Hobi saya berenang. Tapi kita harus
menyebutkannya dengan jelas.Nah ..seperti itu. Lalu tanya nama orang yang
diajak bicara, nama panggilannya, asalnya dari mana dan hobinya. Seperti ini:
nama kamu siapa? Kamu senang dipanggil siapa? Asal kamu dari mana? Hobi kamu
apa?.Seperti itu ya….Jangan lupa setelah berkenalan lalu senyum supaya mba
kelihatan manis, ya ?”
“Coba
mba berkenalan dengan susuter, misalnya mba B belum kenal dengan suster. Ya,
benar seperti itu. Mba pintar sekali.Setelah mba B berkenalan dengan orang
lain, mba bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan.
Seperti keluarga, teman atau yang lainnya”
3. Terminasi
“Bagaimana
perasaan mba B setelah kita belajar berkenalan ? oia mba, mba masih ingat tidak
keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu kerugiannya apa?. Kalau begitu coba
sekarang mba B ulangi lagi cara berkenalan yang seperti saya ajarkan tadi.Wahh
…mba B sudah bisa ya.”
“Mba
B besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak mba berkenalan dengan teman
saya, perawat di ruang mawar sana. Jam 10 ya mba ? Baik, besok jam 10 saya akan
mengenalkan mba ke perawat yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit, kalau
begitu sampai jumpa besok ya?. Assalamualaikum”
SP 2 Klien :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan orang pertama (perawat)
1.
Orientasi
“Assalammualaikum B! ”
“Bagaimana perasaan B hari ini?
« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan
lagi sambil bersalaman dengan Suster ! »
« Bagus sekali, B masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan
mengajak B mencoba berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 5 menit »
« Ayo kita temui perawat N disana »
2.
Kerja
(langkah-langkah tindakan keperawatan)
« Selamat pagi perawat N, ini ada yang ingin berkenalan dengan anda »
« Baiklah B, B bisa berkenalan dengan perawat N
seperti yang kita praktekkan kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan
perawat N : memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan
seterusnya)
« Ada lagi yang B ingin tanyakan kepada perawat
N . coba tanyakan tentang keluarga perawat N »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan,
B bisa sudahi perkenalan ini. Lalu B bisa buat janji bertemu lagi dengan
perawat N, misalnya jam 1 siang
nanti »
« Baiklah perawat N, karena B sudah selesai
berkenalan, saya dan B akan kembali ke
ruangan B. Selamat pagi »
3.
Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah berkenalan dengan perawat N”
”B tampak bagus sekali saat
berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah B
lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan
berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. B juga
dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari kita masukkan pada
jadwal harian B. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti B
coba sendiri. Besok suster akan mengajak B berkenalan dengan pasien-pasien lain
yang ada di sini. B mau kan ?. B, besok jam 10.30 ya ?Kalau begitu suster pergi
dulu ya B.Assalamualaikum ”
DAFTAR PUSTAKA
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri,
Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
Anna Budi Keliat. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Jakarta
; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.
Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Alih bahasa: Hafid.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar