BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga merupakan
bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan individu
manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan bagian
dari keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan
keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan
pada keluarga.
Asuhan keperawatan
keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami
tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan
fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.
Status sehat atau sakit
dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam
keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalanya
suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam
pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit
pada para anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga
baiasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup
secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap
dimana semua anak akan pergi atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya.
Didalam kehidupan keluarga dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak
kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga
terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan perawat
sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan
kesehatan kepada keluarga.
Dari data yang sudah kami sajikan
tentang keluarga pada dewasa pertengahan, maka disini kelompok tertarik untuk
membahas lebih spesifik tentang konsep dan asuhan keperawatan keluarga pada
dewasa pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang mengenai
kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya akan kami bahas
secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep
Dasar Keperawatan Keluarga
1. Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari
beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004).
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang
dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana
individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali,
2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
serta sosial dari setiap anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya
individu dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan.
Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga
memiliki keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki nilai – nilai
tersendiri mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai suatu
kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan
individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya hubungan
biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang
berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
a. Keluarga
terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
b.
Para anggota
sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah, atau jika
mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
c.
Anggota
keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran
sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak
perempuan, saudara dan saudari.
d.
Keluarga
sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2.
Tipe
Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal
dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai
tipe keluarga (Suprajitno, 2004).
Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai
berikut :
a.
Tipe
keluarga tradisional
1) Keluarga
Inti (The nuclear family)
Keluarga
yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga
Dyad
Suatu rumah
tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3) Single
Parent
Keluarga
yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini
dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult
living alone
Suatu rumah
tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
5) The
childless
Keluarga
tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau
pendidikan.
6) Keluarga
Besar (The extended family)
Keluarga
yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi,
kakek, nenek dan lain-lain.
7) Commuter
family
Kedua orang
tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau hari libur
saja.
8) Multi
generation
Beberapa
generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1 rumah.
9) Kin-network
family
Beberapa
keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan
barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
10) Blended
family
Keluarga
yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11) Keluarga
usila
Keluarga
terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak sudah
memisahkan diri.
b. Tipe
keluarga non tradisional
1) Keluarga
Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage mother).
Keluarga
yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2) The step
parents family
Keluarga
dengan orang tua tiri.
3) Commune
family
Keluarga
yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang menggunakan fasilitas
secara bersama.
4) The
nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga
yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Keluarga
Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang
mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana pasangan suami
istri.
6) Cohabitating
couple
Orang dewasa
yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.
7) Groupmarriage
family
Beberapa
orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu termasuk seks dan
membesarkan anak.
8) Group
nertwork family
Beberapa
keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling
menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster
family
Keluaraga
yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.
10) Home less
family
Keluarga
yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau
problem kesehatan mental.
11) Gang
Keluarga
yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
3.
Fungsi
Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi
dasar keluarga yaitu :
a.
Fungsi
afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi
dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
1) Saling
mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan
dari anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan
maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar memberi
hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau masyarakat.
2) Saling
menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan
hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka
fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan
identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan
anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif
tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah kelurga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
b. Fungsi
sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan
belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir,
keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dengan keluaarga.
c. Fungsi
reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi
ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang
seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.
e. Fungsi
perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut :
1) Mengenal
masalah.
2) Membuat
keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberikan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan
atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan
hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
4.
Dimensi
dasar struktur keluarga
Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri
atas:
a. Pola dan
proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) Bersifat
terbuka dan jujur.
2) Selalu
menyelesaikan konflik keluraga.
3) Berfikir
positif.
4) Tidak
mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:
a) Karakteristik
pengirim:
1)
Yakin dalam
mengemukakan pendapat.
2)
Apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas.
3)
Selalu minta
maaf dan menerima umpan balik.
b) Karakteristik penerima :
1)
Siap
mendengar.
2)
Memberikan
umpan balik.
3)
Melakukan
validasi.
b. Struktur
peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.
c.
Struktur
kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau
aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :
1) Legitimate
power/authority
Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak.
2) Referent
power
Seseorang yang ditiru.
3) Reword power
Pendapat ahli.
4) Coercive
power
Dipaksakan sesuai keinginan.
5) Informational
power
Pengaruh melalui persuasi.
6) Affectif
power
Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
d. Nilai –nilai
dalam keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut
masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari
pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
5.
Peran
Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan
keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan
tugas perawatan kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam
melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno,
2004) :
a.
Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar :
1) Keluarga
dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
2) Bertanggung
jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b.
Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan
komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
c.
Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada
klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
d.
Pengawas
kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime
visit yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga.
e.
Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan
perawat dan klien harus terbina dengan baik , kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.
f.
Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.
g. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti
masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
h.
Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di
masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
i.
Modifikasi
lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah
maupun masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.
6.
Tingkat
Pencegahan
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang
disebut sebagai tingkat pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan
tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh
spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan – tujuan yang sesuai untuk masing
– masing tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam Friedman, 1998). Ketiga
tingkatan tersebut adalah adalah :
a.
Pencegahan primer yang meliputi
peningkatan kesehatan ddan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk
menjaga orang bebas dari penyakit dan cedera.
b.
Pencegahan sekunder yang terdiri
dari atas deteksi dini, diagnosa, dan pengobatan.
c.
Pencegahan tertier, yang mencakup
tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan
klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.
Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari
keperawatan keluarga. Tujuan – tujuan tersebut terdiri atas peningkatan,
pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan ( Hanson, 1987 dalam Friedman,
1998). Peningkatan kesehatan merupakan pokok terpenting dari keperawatan
keluarga. Akan tetapi, sudah tentu, pendeteksian secara dini, diagnosa dan
pengobatan merupakan tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau rehabilitasi
dan pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan yang penting bagi
keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan keperawatan kesehatan
dirumah dan pravelensi penyakit – penyakit kronis, serta ketidakberdayaan dikalangan
lanjut usia yang populasinya semakin meningkat dan cepat (Friedman, 1998).
B. Konsep
Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga
Dewasa Pertengahan
1. Pengertian
Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun
& berakhir sekitar 60-65 tahun (Schaie & Willis,1996 dlm Psikologi
Perkembangan). Dewasa Pertengahan adalah masa – menyesuaikan diri &
kesedaran bahawa ia bukan lagi muda & masa depannya tidak lagi dipenuhi
dengan kemungkinan-kemungkinan yg tidak terhadapi, hasilnya membawa satu masa
krisis, (Craig, 1976). Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai
periode perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia
60an tahun. (Santrock, 1995).
Keluarga dewasa
pertengahan merupakan salah satu tahap usia pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun,
biasanya 16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia
pertengahan merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan
orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal
mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya.
Pasangan Postparental
(pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah) biasanya tidak
terisolasi lagi saat ini, semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga
menghabiskan seluruh masa hidupnya dan menghabiskan sebagian masa hidupnya
dalam fase postparental,
dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang merupakan hal yang
biasa(Troll, 1971, dalam Friedman, 1988, hal 130).
Dari definisi tentang keluarga usia dewasa
pertengahan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga usia dewasa
pertengahan adalah keluarga yang usianya 40-60 tahun, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan didalam keluarga.
2. Karakteristik
keluarga dewasa pertengahan
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan
pada penyesuaian perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi kekuasaan
antara suami dan istri (lebih merata), dan pada peran (diferensi peran
perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989, dalam Friedman 1988, hal 130).
Pada tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat,
karena masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam
diri mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha kerja.
Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan
keluarga melewati siklus-siklus kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang
kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam
setelah perkawinan berlangsung dan terus menurun hingga tahun pertengahan
(Leslie dan Korman, 1989, dalam Friedman 1988, hal 130).
3. Masalah yang
biasa ditemukan oleh keluarga dewasa pertengahan
Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini,
masalah kesehatan yang dapat terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :
a.
Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu luang dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program olahraga yang tidak teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum, berhenti
merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
b.
Masalah-masalah hubungan perkawinan.
c.
Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan orang tua
yang berusian lanjut.
d.
Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orang tua
yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri.
4. Tugas
Perkembangan
Usia dewasa pertengahan yang merupakan usia rata-rata
dimana para orang tua melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai
masa kehidupan yang “terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum
muda dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan
keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi
tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut.
Tugas perkembangan keluarga dewasa menurut Fridman (1998, hal 131) yang
penting pada fase ini adalah :
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya
hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa
mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri
selama 45-64 tahun. Meskipun dapat dianjurkan
sekarang, karena “lebih baik sekarang dari pada tidak pernah” adalah selalu
benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan begitu banyak
perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan darah tinggi
akibat kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas
vital akibat merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk
memperbaiki gaya hidup mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap
penyakit yang dibangkitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalami
serangan jantung, stroke, atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa
pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-cara
yang efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga
merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan stroke
merupakan dua pertiga dari semua penyebab kematian antara usia 46 hingga 64
tahun dan sebagai penyebab kamatian urutan ke empat.
b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orangtua lansia dan anak-anak.
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka
kedalam keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan
ini mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman , 1988,
hal 131). Tugas perkembangan ini memungkinkan pasangan usia pertengahan terus
merasa seperti sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari
posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24
jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara
khusus terjadi pada tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam
Friedman, 1988, hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan
cucu mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui
pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam Friendman,
1988, hal 132).
Peran yang lebih probelamatik adalah yang
berhubungan dengan dan membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota
keluarga besar lain yang lebih tua. Delapan puluh enam persen pasangan usia
pertengahan minimal memiliki satu orang tua masih hidup(hagestad, 1988, dalam
Friedman, 1988, hal 132). Jadi, tanggung jawab memberi perawatan bagi orang tua
lansia yang lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak
asing.Banyak wanita yang merasa berada dalam “himpitan generasi” dalam upaya
mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orang tua mereka yang berusia lanju,
anak-anak, dan cucu-cucu mereka.Berbagai peran antar generasi kelihatannya
lebih bersifat ekslusif dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan
Amerika Latin.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar
sendirian setelah bertahun-bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan
hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan kelegahan, bagi kebanyak
pasangan merupakan pengalaman yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain
sebagai pasangan menikah dari pada sebagai orang
tua. Wright dan Leahey (1984, dalam Friedman, 1988, hal 132) melukiskan tugas
perkembangan ini sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan perkembangan keinginan independen yang terjadi secara
bersamaan. Keseimbangan dependensi-indepedensi antara pasangan perlu diuji
kembali, seperti keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu sama
lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan
hidup yang menurun dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan
kebahagiaan perkawinan, melainkan menimbulkan “kebohongan”.Menurut Kerckhoff
(1976, dalam Friedman, 1988, hal 132), para konselor perkawinan telah lama
mengamati bahwa ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun
pertengahan, seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas
traumatiknya.Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri
sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang membosankan.
d. Memantapkan
pengalaman nilai-nilai agama
e. Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
f. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi
pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
g. Memantapkan
keharmonisan hidup berkeluarga
h. Mencapai
dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
i. Memantapkan peran perannya sebagai orang dewasa
Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya
merupakan tuntutan atau harapan sosio – kultural dimana manusia itu hidup dalam
masyarakat kita sejak dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai diatas
bagian penentu sebagai orang dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup
berkeluarga dalam masa dewasa pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong
terciptanya hubungan hidup berkeluarga. kebutuhan individu pada suatu
pihak dan tugas perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya
menimbulkan energi yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk
bersatu dalam satu jalinan hubungan berkeluarga.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA USIA PERTENGAHAN
A. Pengkajian
- Indentitas umum keluarga
- Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
- Pengkajian lingkungan
- Struktur keluarga
- Fungsi keluarga
- Stress dan koping keluarga
- Keadaaan gizi keluarga
- Harapan keluarga
- Pemeriksaan fisik
- Daftar masalah pengkajian khusus berdasarkan 5 tugas keluarga dengan diagnosa gangguan pola nafas
B. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan Pola Nafas b.d Kurang mengenal masalah
- Keefektifan Manejemen Diri b.d kurang pengetahuan
- Resiko Kesepian b.dKurang mengetahui tugas perkembangan usia pertengahan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga
adalah bagian terkecil dari masyarakat. Selain itu keluarga juga mempunyai
tahap perkembangan salah satunya keluarga dengan anak
dewasa pertengahan. Kondisi
keluarga usia dewasa pertengahan berkisar antara usia 40-60 tahun dan anak
terakhirnya telah meninggalkan rumah atau sudah menikah. Tugas yang harus
terpenuhi pada keluarga dengan usia ini adalah mampu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orangtua lansia dan anak-anak, memperkokoh
hubungan perkawinan.
Peran
perawat keluarga dengan anak usia dewasa pertengahan adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu inti
pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat serta membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Selain itu peran atau
tugas perawat yang lain ialah sebagai pendidik, coordinator, pelaksanaan,
pengawas kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu kasus,
modifikasi lingkungan.
B. Saran
1.
Perawat
Perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, hal pertama yang harus dilakukan adalah
membangun hubungan saling percaya dengan didasarkan sifat empati bukan simpati, dan mengetahu tugas perkembangan keluarga khususnya keluarga dengan anak
usia dewasa pertengahan.
2.
Keluarga
Keluarga memahami tugas perkembangan khususnya
pada keluarga dengan usia dewasa pertengahan dan mampu mengaplikasikannya terhadap keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, wahit iqbal. 2009. Ilmu
Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC
Mubarak, wahit iqbal. 2009. Ilmu
Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC
Setiawati, santun. 2008. Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info media
M. Friedman, marilyn. 1998.
Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar