LAPORAN PENDAHULUAN CA REKTI
Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berjalannya
waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan menuntut perawat untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang, saat ini perawat
memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan,
pembuat keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer
kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik. Selain itu Perawat juga
berperan melaksanakan proses keperawatan yang berkesinambungan yang merupakan
suatu rangkaian yang harus dilakukan pada berbagai kasus penyakit yang mungkin
terjadi pada berbagai tingkatan usia mulai dari bayi, balita, pra sekolah,
sekolah dan remaja, baik kasus penyakit dalam, bedah saraf, anak, maternitas
maupun komunitas
Salah satu penyakit yang
mungkin muncul di masyarakat adalah penyakit pencernaan. Masalah pencernaan
seakan tidak pandang bulu dan menganggu pada siapa saja baik bayi yang baru
lahir maupun yang sudah dewasa. Penyebab dan gejala yang dialami bisa berbeda
pada setiap anak. Salah satu penyakit yang sering muncul dimasyarakat adalah
malformasi anorecktal letak tinggi.
Menurut Boocock dan Donna
(1992) dalam penelitiannya, Malformasi anorecktal terjadi setiap 1 dari 5.000
kelahiran di dunia. Secara umum Bocoock dan Donna juga menegaskan bahwa
malformasi anorecktal ini lebih sering terjadi pada laki – laki. Di Indonesia
40-70% dari penderita malformasi anorektal mengalami satu atau lebih defek
tambahan dari sistem organ lainnya.
Berdasarkan Medical Record
Ruang Cempaka Bedah Anak Lantai 2 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin
Bandung yang tercatat selama kurun waktu dari bulan Januari sampai bulan Mei
2010 klien yang dirawat dengan malformasi anorecktal mencapai 48 orang dengan
persentase 29,62 % dari pasien – pasien bedah
I. DEFENISI
Karsinoma rekti adalah suatu
keadaan dimana terjadi pertumbuhan jaringan abnormal pada daerah rectum. Jenis
terbanyak adalah adenokarsinoma (65%), banyak ditemui pada usia 40 tahun keatas
dengan insidens puncaknya pada usia 60 tahun (Price A. Sylvia, 1995)
II.
ETIOLOGI
Penyebab pasti belum
diketahu namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi yang penting yang
berhubungan dengan carsinoma recti.
1. Diet
Makanan yang banyak mengandung
serat misalnya sayur-sayuran akan menyebabkan waktu transitbolus di intestin
akan berkurang, sehingga kontak zat yang potensial karsinogen pada mukosa lebih
singkat. Selain itu makan makanan yang berlemak dan protein hewani yang tinggi
dapat memicu terjadinya Ca. Rekti
2. Kelainan di colon
·
Adenoma di kolon, t.u bentuk villi dapat mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma
·
Familial poliposis merupakan kondisi premaligna dimana + 7 % polipasis
akan mengalami degenerasi maligna
·
Kolitis ulserativa, mempunyai resiko besar yang terjadi Ca. Rekti
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan
anak – anak yang berasal dai ortu yang menderita Ca.kolateral mempunyai
frekuensi 3,5 x lebih besar daripada anak yang mempunyai ortu yang sehat
IV.
MANIFESTASI KLINIS
1. Perdarahan sejak peranal
BAB berdarah segar
2. BAB berdarah lendir
karena darah yang
dikeluarkan oleh kanker tesebut telah bercampur dengan tinja
3. Obstruksi saluran pencernaan
·
Perut kembung makin lama makin tegang
·
Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus
·
Ukuran feses kecil seperti feses kambing
·
Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB
4. Lain-lain
-
Anoreksia
-
BA turun
-
Nyeri perut ditempat kanker
-
BAB tidak teratur
-
Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB dan rasa yeri pada saat BAB
-
V.
KLASIFIKASI
Dukes Dalam
Infiltrasi Prognosis Hidup Stlh 5 Thn
1. Terbatas pada dinding
usus 97%
2. Menembus lapisan muskularis
mukosa 80%
3. Metastosis ke kelenjar limfe
a. Beberapa kelenjar limfe (1-4
bh) 65%
b. Metastasis ke kelenjar limfe
> 5 bh 35%
4. Metastasis ke organ lain ;
hati 35%
Dikenal pada klasifikasi menurut
a. Stadium
1
Tumor hanya terbatas di calon dan belum menembus
dinding kolon dan belum metastasis
b. Stadium
2
Tumor telah mengadakan penetrasi dinding kolon tapi
belum ada metastasis
c. Stadium
3
Tumor telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah
bening regional
d. Stadium
4
Tumor telah mengadakan metastasis ke organ lain ;
hati
VI.
KOMPLIKASI
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
- Langsung
perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
- Hematogen
- Linefogen
Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening
dan organ lain, misal ke hati, paru dan otak
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat
menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
2. Pertumbuhan dan ulserasi
dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi
3. Perforasi dapat terjadi yang
menyebabkan pembentukan abses
4. Peritonitis /sepsis yang
dapat menimbulkan syock
VII.
PENATALAKSANAAN
1.
Pembedahan
•
Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat
anastromosis decending kolakteral
•
Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat anastomosis
kolocinal
2. Radiasi
setelah dilakukan tindakan
pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi dengan dosis adekuat
3.
Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa
diberikan ialah 5 florourasil (5FU)
VIII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Endoskopi
• Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di
kolon/rectum
• Untuk menentukan sumber pendapatan
• Untuk mengetahui letak obstruksi
2.
Radiologi
•
Foto dada : Untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker paru
Untuk persiapan pembedahan
•
Foto colon (Banum enema)
•
Dapat terlihat suatu filling
deffect pada suatu tempat/suatu striktura
•
Dapat menentukan lokasi
tempat kelainan
3. USG
•
Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati
•
Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi nodular dengan
gema berdensitas tinggi homogen
Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak
massa yang hypoechoic tidak teratur mengenai lapisan dinding kolon
4.
Histopatologi
Gambaran histopatologi pada
karsinoma recti C adenokarsinoma dan perlu ditentukan differensiasi sel
5.
Laboratorium
•
Hb : menurun pada perdarahan
•
Tumor marker (LEA) > 5
mg/ml
•
Pemeriksaan tinja secara
bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
1.
Identitas Klien
2. Riwayat
Kesehatan
a. RKD
• Riwayat diet yang hanya serat, protein
hewani dan lemak
• Riwayat menderita kelainan pada colon
kolitis ulseratif (polip kolon)
b. RKS
• Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
• Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
• Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
• Klien mengeluh mual, muntah
• Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
• Klien mengeluh BAB kecil
• Klien mengeluh berat badannya turun
c. RKK
• Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
3.
Pemeriksaan Fisik
• Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap
demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri), kemerahan, ekimosis, hipotesis
• Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi,
expansi paru yang terbatas
• GIT
Anoreksia, mual, muntah,
penurunan bising usus, kembung, nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada
kuaran kiri bawah
• Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah,
BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil seperti feses kambing, rasa tidak
puas setelah BAB, perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal,
BAB ; oliguria
• Aktifitas/istirahat
Kelemahan, keleahan,
insomnia, gelisah dan ansietas
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake in adekuat
b. Gangguan rasa nyaman nyeri
b.d distensi abdomen, insisi bedah
c. Kerusakan integritas
jaringan kulit b.d insisi bedah (kolostrum)
d. Resiko tinggi infeksi b.d
kontraminasi lubang/rongga abdomen (usus) kolostomi
3.
INTERVENSI
Dx. 1.
Gangguan nutrisi
; kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan in adekuat
• Tujuan
- Gangguan
nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
• Kriteria
Hasil
- Mual,
muntah berkurang/tidak ada
- Nafsu
makan meningkat
- Diet
dihabiskan
- Turgor
kulit elastis
Intervensi
Rasional
Mandiri
- Lakukan
pengkajian nutrisi klien
-
Auskultasi bising usus
- Mulai
dengan makan cairan perlahan
- Anjurkan
klien untuk menghindari makanan yang kaya serat, protein dan lemak
Kolaborasi :
-
Konsul dengan ahli diet /gizi
-
Tingkatkan diet dari cairan sampai makanan rendah residu bila masukan
oral dimulai
-
Betikan makanan enteral/parenta;
-
Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan untuk membantu memilih intervensi
-
Kembalinya fungsi – fungsi menunjukkan kesiapan untuk memulai makan lagi
-
Menurunkan insiden kram abdomen, mual
-
Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi klien dalam perubahan pencernaan dan
fungsi usus
-
Diet rendah serat dapat dipertahankan selama 6-8 minggu pertama untuk
memberikan waktu yang adekuat untuk penyembuhan usus
-
Pada kelemahan/tidak toleren terhadap masukan oral. Hiperalimnetasi
digunakan untuk menambah kebutuhan komponen pada penyembuhan dan mencegah
katabolisme
Dx. 2 :
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d distensi
abdomen ; insisi bedah
•
Tujuan
-
Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
•
Kriteria Hasil
-
Melaporkan nyeri berkurang/hilang
-
Dapat beristirahat /tidur
Intervensi
Rasional
Mandiri
-
Selidiki keluhan nyeri, derajat nyeri, karakteristik nyeri dan lokasi
nyeri
-
Pantau TTV
-
Kaji insisi bedah, perhatikan edma, perubahan kontur luka, inflamasi
-
Berikan tindakan kenyamanan
misalnya pijatan punggung, ubah posisi yakinkan klien perubahan posisi tidak
akan mencederai stoma
-
Bantu melakukan latihan
rentang gerak dan dorong ambulansi dini, hindari posisi duduk lama
-
Selidiki dan laporkan adanya
kekakuan otot abdominal, nyeri tekan
Kolaborasi :
- Berikan
analgesik
-
Nyeri insisi bermakna pada fase pasca operatif awal dan idperberat oleh
gerakan, batuk, dsitensi abdomen, mual
-
Respon automatik, meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernafasan yang
b.d keluhannya
-
Menandakan terjadinya infeksi pada area insisi
-
Mencegah pengeringan mukosa oral dan ketidak nyaman. Menurunnya tegangan
otot, meningkatkan relaksasi
-
Menurunnya kekakuan otot/sendiri ambulasi mengembalikan organ keposisi
(N) dan meningkatkan kembali funsgi ke tingkat (N)
-
Diduga inflamasi peritoneal yang memerlukan intervensi medik segera
-
Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan
Dx. 3
Kerusakan integritas kulit b.d insisi bedah
kolostom
•
Tujuan
-
Kerusakan integritas kulit dapat diatasi
•
Kriteria Hasil
-
Luka inisis cepat sembuh
-
Luka insisi bebas dari tanda infeksi
Intervensi
Rasional
Mandiri
-
Observasi luka, catat karakteristik drainase
-
Ganti balutan, gunakan teknik aseptik
-
Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama
Kolaborasi
-
Iritasi luka., gunakan cairan fisiologis, H2O2 3% antibiotik
-
Perdaharan pasca operasi dapat terjadi selama 48 jam dan infeksi dapat
terjadi kapan saja
-
Sejumlah besar drainase serosa/menuntut penggantian balutan dengan sering
untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
-
Meningkatkan drainase dari luka perineal/drain menurunkan resiko
penggumpalan. Duduk lama meningkatkan tekanan perineal, menurunkan sirkulasi
luka dan dapat memperlambat penyembuhan luka
-
Diperlukan untuk mengobati inflamasi /infeksi praoperasi /kontaminasi
intra operatif
REFERENSI
·
Engram, B. (1995). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, ed.3.
Jakarta :EGC
·
Doengoes E. M (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta ; EGC
·
Price, S.A (1995). Patofisiologi, Jakarta ; EGC
·
Wim De Jong (1999). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta : EGC
terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..
BalasHapushttp://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/