LAPORAN PENDAHULUAN
GASTRITIS
- PENGERTIAN
1.
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung
terutama pada mukosa gaster. (Hadi, 1995)
2.
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 1992)
3.
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar
pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2001)
- ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan
lapisan pelindung lambung (http://www.medicastore.com).
1)
Gastritis Bakterialis
a. Infeksi
bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan
atau minuman ynag terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan
dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
b.
Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides.
2)
Gastritis Karena Stres Akut
a.
Penyakit
berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba.
b.
Pembedahan
c.
Infeksi
berat
d.
Cederanya
sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang
luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
3)
Gastritis Erosif Kronis
a.
Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara
terus – menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung
dengan cara menurunkan Prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung.
b.
Penyakit
Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa
menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun, kadang – kadang
dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
c.
Penggunaan Alkohol secara berlebihan ,
alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi
normal.
4)
Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi
terhadap infeksi cacing gelang Eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada
dinding lambung.
5)
Gastritis Hipotropi dan Atropi
Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan
dinding lambung, menghancurkan kelenjar –kelenjar penghasil asam lambung dan
mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh
mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12 akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah kondisi yang
serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmune Atropic Gastritis terutama terjadi pada orang tua.
6)
Penyakit Meiner
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya
melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10
% penderita ini menderita kanker lambung.
7)
Gastritis Sel Plasma
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih
) terkumpul dalam dinding lambung dan organ lainnya.
8)
Penyakit Bile Refluk
Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu
mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika
dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus
kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot Sphincter
yang berbentuk seperti cincin (Pyloric
Valve) akan mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung. Tetapi jika
katub ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk kedalam lambung
dan mengakibatkan peradangan dan Gastritis.
9)
Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi
dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya
dapat berkembang menjadi Gastritis
dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh
terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan
dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar penghasil asam
lambung.
10)
Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan
kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal
hati atau ginjal.
- PATOFISIOLOGI
Lambung adalah sebuah
kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut tepat dibawah
tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan
dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai
terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara
bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam
esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esofagus dan
lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan
membuka dan membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah masuk kelambung
cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika
makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan
tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada dimucosa pada
dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung ( termasuk enzim – enzim dan
asam lambung ) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang
mengeluarkan ion bicarbonate secara
reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar
dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini
adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan
pada lapisan pelindung menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan
langsung dengan dinding lambung dan menyebabkan peradangan atau
inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.(http://google.com//Gastritis).
PATHWAY KEPERAWATAN
![]() |
|
- MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada
penyebab Gastritisnya. Biasanya penderita Gastritis mengalami gangguan
pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman diperut sebelah atas.(http://www.medicastore.com)
1)
Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit
kepala dan kejang otot.
2)
Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka
bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala – gejala lambung : tetapi perut
sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul memar kecil dalam
lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa berubah menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa
menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari cederanya. Bila penderita
tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami pendarahan, biasanya dalam
waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja
berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika
sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat
fatal.
3)
Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya
berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita (
misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita
lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong.
Jika gastritis menyebabkan perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa
tinja berwarna kehitaman seperti aspal ( Melena
), muntah darah ( Hematemesis )
atau makanan yang sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
4)
Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa
disebabkan penyempitan atau penyumbatan ujung saluran lambung yang menuju
keusus dua belas jari.
5)
Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah
nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual, muntah dan penurunan berat badan,
lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan lambung. Penimbunan
cairan dan pembengkakan jaringan (edema)
bisa disebabkan karena hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang.
Protein yang hilang ini bercampur dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
6)
Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa
terjadi bersamaan dengan timbulnya ruam dikulit dan diare.
7)
Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa
hangat atau rasa terbakar dibelakang tulang dada), yang terjadi karena adanya
peradangan dan kadang karena adanya tukak dilambung. Tukak bisa menembus
dinding lambung sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut, menyebabkan
peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku
dan keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi
penyinaran, terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran
lambung yang menuju keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan
muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan pelindung lambung, sehingga bakteri
dapat masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan nyeri hebat yang muncul
secara tiba – tiba.
Gejala Gastritis secara umum (http://www.google.com//Gastritis)
a.
Hilangnya nafsu makan.
b.
Sering
disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
c.
Perih
atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
d.
Perut terasa penuh pada perut bagian atas
setelah makan.
e.
Kehilangan berat badan.
- KLASIFIKASI
Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves,
2001) yaitu:
1)
Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan
jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau makanan yang mengganggu dan
merusak mucosa gastrik. Agen semacam itu mencakup bumbu, rempah-rempah,
alkohol, obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan mikroorganisme infektif.
2)
Gastritis Kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B.
Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan proses ini.
Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan infeksi
bakteri Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis,
biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas
penyebabnya. (http://www.google.com//Gastritis)
Pemeriksaan ini meliputi :
1)
Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya
antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak
menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat
Gastritis.
2)
Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3)
Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4)
Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui
mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil.
Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa
kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai
30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test
ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih
satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
5)
Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda
Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta
menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dironsen.
- PENCEGAHAN
Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu
dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat mengurangi resiko terkena
Gastritis.
1)
Makan secara benar
Hindari
makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan,
atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat
bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang
cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
2)
Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapaisan mucosa lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan
perdarahan.
3)
Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung,
membuat lambung lebih rentan terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan
penyebab utama terjadinya kanker lambung.
4)
Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan
pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga
membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5)
Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung
dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan
kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat
kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari,
maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet
yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang
cukup.
6)
Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS,
obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat
peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri
yang mengandung Acetaminophen.
7)
Ikuti rekomendasi dokter
- PENATALAKSANAAN
Terapi Gastritis sangat bergantung pada
penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang pembedahan untuk mengobatinya.
1)
Jika penyebabnya adalah infeksi oleh
Helicobacter Pylori, maka diberikan Bismuth,
Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat
anti-tukak (misalnya Omeprazole).
2)
Penderita Gastritis karena stres akut banyak
mengalami penyembuhan (penyakit berat, cedera atau perdarahan) berhasil
diatasi. Tetapi sekitar 2 %
penderita Gastritis karena stres akut mengalami perdarahan yang sering
berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung)
dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk
mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena
Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan
dengan tindakan Endoskopi. Jika
perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.
3) Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa
diobati dengan Antasid. Penderita
sebaikanya menghindari obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti
peradangan non-steroid lainnya) dan makanan yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi
resiko terbentuknya Ulkus karena obat anti peradangan non-steroid.
4) Untuk meringankan penyumbatan disaluran
keluar lambung pada Gastritis Eosinofilik, bisa diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
5)
Gastritis
Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus mendapatkan
suntikan tambahan vitamin B12.
6) Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan
mengangkat sebagian atau seluruh lambung.
7) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi
pelepasan asam lambung.
8) Pengaturan diet yaitu pemberian makanan
lunak dengan jumlah sedikit tapi sering.
9)
Makanan yang perlu dihindari adalah yang
merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu dapur dan gorengan.
10)
Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga
sangat membantu pasien dengan gastritis.
- KOMPLIKASI
Jika dibiarkan tidak
terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan perdarahan pada
lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus – menerus pada dinding
lambung dan perubahan pada sel – sel dinding lambung.
Kebanyakan kanker lambung
adalah Adenocarcinomas, yang bermula pada sel – sel kelenjar dalam mucosa.
Adenocarsinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. Pylori. Kanker jenis
lain yang terkait dengan infeksi akibat H. Pylori adalah MALT (Mucosa
associated Lymphoid Tissue) Lymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan
pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat
disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GASTRITIS
A.
PENGKAJIAN
Metode yang dapat
digunakan dalam pengkajian berupa wawancara, pemeriksaan fisik, observasi umum,
catatan tertulis dari pelayanan kesehatan profesional lain, hasil pemeriksaan
diagnostik, catat pada waktu masuk RS dan interaksi dengan perawat, dokter,
atau ahli yang lain (Long, 1996).
Pengkajian kesehatan
meliputi waktu terjadinya masalah, durasi, faktor pencetus dan manifestasi –
manifestasi yang dirasakannya. Mulai dengan menanyakan mengapa ia mencari
bantuan kesehatan, kapan merasakan gejala, tanyakan pasien mengenai keluhan
utama dan penyakit saat ini berdasarkan: kapan masalah pertama kali dirasakan?
Apakah bertahap atau tiba – tiba? Apa yang dilakukan pasien bila masalah
pertama kali dihadapi? Apakah ini berhubungan dengan masukan makanan?
1.
Durasi
a.
Apakah masalah terjadi kadang – kadang atau
menetap?
b. Bila
masalah nyeri, perhatikan apakah masalah nyeri kontinyu atau intermitten?
2.
Kualitas dan Karakteristik
Minta pasien untuk menggambarkan masalah
3.
Tingkat Keparahan
Apakah ini mempengaruhi kemampuannya
melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari seperti biasanya.
4.
Lokasi
a.
Dimana pasien merasakan terjadinya masalah?
b.
Apakah nyeri menyebar pada bagian tubuh yang
lain?
c.
Apa yang terjadi pada pasien bila terjadi
manifestasi?
5.
Faktor Pencertus
a.
Adakah sesuatu yang tampaknya menimbulkan
masalah?
b.
Apakah hal itu membuat makin buruk / makin baik?
c.
Kapan ini terjadi?
d. Apakah berhubungan dengan makanan, minuman
atau aktivitas?
e. Apakah makanan mencetuskan / meningkatkan
nyeri?
6.
Faktor Penghilang
a.
Adakah sesuatu yang dilakukan pasien untuk
mengurangi masalah?
b. Sudahkah ia mencoba obat – obatan ?
c. Mengubah posisi atau hal lain yang
dapat menghilangkan nyerinya?
7.
Manifestasi yang berhubungan dengan gastritis
a.
Adakah manifestasi lain yang menggganggu pasien
bila masalahnya ada?
b.
Apakah pasien kehilangan nafsu makan, mual,
muntah atau diare?
Dibawah ini adalah sumber data yang berupa
biodata pasien, keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan Gastritis:
1.
Biodata Pasien
Biodata pasien secara
lengkap diperlukan untuk memulai hubungan yang harmonis dan serasi antara
perawat dan pasien. Adanya hubungan awal yang baik dapat memperlancar dalam
mengembangkan hubungan atau komunikasi Terapeutik. Terjalinnya komunikasi
terapeutik yang baik dapat membantu menurunkan sters pasien akibat
Hospitalisasi dan meningkatkan peras serta pasien dalam perawatan dan
pengobatan.
2.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang
dirasakan pasien adalah nyeri didaerah Epigastrium. Nyeri yang dialami
dipengaruhi oleh penglaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri
itu sendiri. Individu memberi respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang
disertai rasa takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang lain penuh dengan
toleransi dan optimis. ( Long, 1996 ).
Beberapa mekanisme nyeri
yang bersumber dari abdomen yaitu inflamasi peritoneum parietal, obstruksi
visera rongga, gangguan vaskular dan dinding abdominal. Nyeri inflamasi
peritoneum parietal bersifat tetap, sakit dan terletak langsung pada daerah
meradang. Intensitas nyeri tergantung pada tipe dan jumlah substansi benda
asing pada peritoneum parietal yang terpapar dalam periode waktu tertentu.
Pelepasan mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung kerongga peritoneum
menyebabkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan bahan yang sangat tercemar
dalam jumlah yang sama.
Karakteristik lain iritasi
peritoneal adalah spasme reflek tonik otot abdomen. Intensitas spasme otot tonik yang menyertai
inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses peradangan atau kecepatan
berkembang dan integritas sistem nervosa.
Nyeri obstruksi visera
abdominal berongga secara klasik dilukiskan sebagai intermiten, abdomen mulas
atau kolik. Nyeri karena gangguan vaskuler disebabkan karena adanya embolisme atau
trombosis arteri mesentererika superior.
Nyeri yang timbul dari
dinding abdomen biasanya konstan dan sakit. Pergerakan, berdiri lama dan adanya tekanan pada abdomen akan menambah
perasaan nyeri dan spasme otot. Keterlibatan otot secara serentak pada bagian
lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk membedakan miositis dinding abdomen
dari suatu proses intraabdominal yang dapat menyebabkan nyeri pada daerah yang
sama.
3.
Keluhan Tambahan
Keluhan tambahan yang
terdapat pada pasien gastritis biasanya berupa mual dan muntah. Mual dan muntah
dikendalikan oleh pusat muntah pada dasar ventrikel otak keempat. Pusat muntah
dibagian dorsal lateral dari formasio retikularis medula oblongata, yaitu pada
tingkat nukleus motorik dorsal lateral dari syaraf vagus. Pusat ini terletak
dekat dengan pusat salivasi, vasomotor dan pernafasan. Alat keseimbangan dapat
terserang akibat proses – proses sentral atau perifer. Peranan dari pusat
muntah adalah mengkoordinir semua komponen komplek yang terlibat dalam proses
muntah. (Long, 1996).
Terjadinya muntah
didahului oleh salivasi dan inspirasi dalam sfinter esophagus akan relaksasi,
laring dan palatum mole tingkat dan glotis menutup. Selanjutnya diafragma akan
berkontraksi dan menurun serta dinding perut juga berkontraksi mengakibatkan
suatu tekanan pada lambung dan sebagian isinya dimuntahkan. Peristiwa ini
didahului oleh statis lambung, kontraksi duodenum, dan antrum lambung. Mual
dirasakan sebagai sensasi tidak enak diepigastrium, dibelakang tenggorokan dan
perut. Sensasi mual biasanya disertai dengan berkurangnya motilitas lambung dan
meningkatnya kontraksi duodenum.
Terdapat lima penyebab muntah yang utama diantaranya
adalah penyakit psikogenik, proses – proses sentral, proses sentral tidak
langsung, penyakit perifer dan iritasi lambung atau usus. Konsekuensi dari
muntah yang berat dan lama akan meningkatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit serta gangguan asam basa.
4.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat menanyakan kepada
pasien tentang masalah masa lalu pada sistem Gastrointestinal. Pernahkan pasien
dirawat dirumah sakit? Untuk melanjutkan pengkajian keperawatan riwayat pasien,
perawata mencatat status kesehatan umum pasien serta gangguan dan perbedaan
gastrointestinal sebelumnya. Obat – obatan, dapatkan informasi lengkap tentang
obat yang diresepkan dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan
sebelumnya. Tanyakan tentang penggunaan Aspirin, dan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat gastritis.
5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga
tentang penyakit Gastrointestinal yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan
saat ini dan masa lalu pasien.
6.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
kemudian dilakukan untuk memastikan data subjektif yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi. Pasien ditempatkan dalam posisi terlentang.
Kontur dan simetrisitas abdomen diperhatikan
dengan identifikasi benjolan lokal, distensi atau gerakan peristaltik.
Auskultasi dilaksanakan sebelum perkusi dan palpasi dapat meningkatkan motilitas
usus, mengubah bising usus. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi masa
abdomen atau area nyeri tekan sebelum perkusi dan palpasi. Timpani atau pekak
dicatat selama perkusi. (Ester, 2000)
Nyeri tekan pada regio epigastrik merupakan salah
satu dari manifesrasi klinis pada gastritis. (Long, 1996). Nyeri pada regio
epigastrik terjadi karena destruksi mucosa lambung. Destruksi tersebut terjadi
karena susana asam yang terdapat pada lumen lambung yang akan mempercepat
kerusakan mukosa barier oleh cairan usus yang menyebabkan efek nyeri
epigastrik, karena terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang disebabkan karena
stress terjadi penurunan perfusi mucosa. Iskemia mucosa menyebabkan
permeabilitas meningkat sehingga difus balik H+ meningkat dan terjadi pengeluaran
histamin mucosa dan pertukaran yang dapat mengakibatkan gejala distensi abdomen
dan konsistensi agak keras.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan
rasa nyaman ( Nyeri Akut ) berhubungan dengan Cedera Biologi (Iritasi Lambung )
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan makanan tidak
adekuat dan rangsangan muntah.
3.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi pada mukosa lambung
4.
Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan Muntah, Haematoemesis, Melena.
5.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas menurun dan proses penyakit.
6.
Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta hospitalisasi
berhubungan dengan Kurang informasi.
C.
INTERVENSI
DX. I :
Gangguan rasa nyaman (Nyeri Akut) b.d Cedera Biologi (Iritasi Lambung)
Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang
NOC I : Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil :
1.
Mengetahui
faktor penyebab nyeri
2.
Mengetahui
permulaan terjadinya nyeri
3.
Menggunakan
tindakan pencegahan
4.
Melaporkan
gejala
5.
Melaporkan
kontrol nyeri
NOC II : Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil :
1.
Melaporkan
nyeri berkurang atau hilang
2.
Frekuensi
nyeri berkurang
3.
Lamanya
nyeri berlangsung
4.
Ekspresi
wajah saat nyeri
5.
Posisi
tubuh melindungi
Skala Penilaian NOC :
1.
Tidak
pernah dilakukan
2.
Jarang
dilakukan
3.
Kadang
dilakukan
4.
Sering
dilakukan
5.
Selalu
dilakukan
NIC I : Manajemen Nyeri
Aktivitas
1.
Lakukan
pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan
nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2.
Observasi
ketidaknyamanan non verbal.
3.
ajarkan
untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi musik,
distraksi.
4.
Kendalikan
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya, kegaduhan.
5.
Kolaborasi
: pemberian Analgetik sesuai indikasi
NIC II : Manajemen Analgetik
Aktivitas
1.
Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum mengobati pasien.
2.
Cek
obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
3.
Tentukan
jenis analgetik ( Narkotik, Non-Narkotik) disamping tipe dan tingkat nyeri.
4.
Tentukan
Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara tepat.
5.
Monitor
tanda – tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgetik.
DX
II : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak adekuat dan
rangsangan muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC : Status Gizi
Kriteria Hasil :
1.
Mempertahankan
berat badan dalam batas normal
Berat badan ideal :
Rumus : 8 + 2n
n : umur

Berat Ideal
2.
Toleransi
terhadap diet yang dianjurkan
Pasien mau makan diet yang diberikan minimal habis
½ porsi, nafsu makan baik.
3.
Melaporkan
keadekuatan tingkat energi
Pasien tidak lemas dan lemah.
4.
Menyatakan
keinginan untuk mengikuti diet
Pasien mau makan.
5.
Nilai
laboratorium misal Albumin dan Globulin dalam batas normal
Albumin normal : 3,5 – 5,3 gr/dl
Globulin normal : 2,7 – 3,2 gr/dl
Hemoglobin : 12 – 16 gr/dl
SGOT : L<37, P<31 uI/L
SGPT : L<41, <31 uI/L
Skala penilaian NOC :
1.
Tidak
adekuat
2.
Ringan
3.
Sedang
4.
Kuat
5.
Adekuat
total
NIC :
Pengelolaan Nutrisi
Aktivitas
1.
Kaji
tentang makanan yang membuat klien alergi.
2.
Tentukan
makanan kesukaan klien.
3.
Dorong
pasien untuk memilih makanan yang lunak.
4.
Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5.
Hindari
makanan pedas, asam atau berminyak.
6.
Monitor
jumlah pemasukan nutrisi dan kalori.
7.
Kolaborasi
:
a.
Diskusikan
dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kebutuhan kalori dan protein.
b.
Diskusikan
dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap.
DX III : Hipertermi b.d Proses infeksi pada mukosa
lambung
Tujuan : Tidak
terjadi peningkatan suhu tubuh
NOC :
Termoregulasi
Kriteria Hasil :
1.
Suhu
tubuh dalam batas normal
Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37 derajat
celsius
2.
Menjelaskan
tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh
Tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh.
3.
Tidak
ada perubahan warna kulit.
Warna kulit tidak sianosis, turgor kulit baik.
4.
Denyut
nadi normal
Nadi
New Born 100 – 180 X/menit
1 minggu – 3 bulan 100
– 120 X/menit
3 bulan – 3 tahun 80
– 150 X/menit
2 – 10 tahun 70
– 110 X/menit
10 tahun – dewasa 55
– 90 X/menit
5.
Respirasi
normal
Pernafasan
New Born 35 X/menit
1 – 11 bulan 30
X/menit
2 tahun 25
X/menit
4 tahun 23
X/menit
6 tahun 21
X/menit
8 tahun 20
X/menit
10 – 12 tahun 19
X/menit
14 tahun 18
X/menit
16 tahun 17
X/menit
18 tahun 16
– 18 X/menit
6.
Cairan seimbang (intake dan out put) dalam 24
jam
Urine output
1 – 3 tahun 500
– 600 ml
3 – 5 tahun 600
– 700 ml
5 – 8 tahun 700
– 1000 ml
8 – 14 tahun 800
– 1400 ml
14 –18 tahun 1500
ml
Berat jenis urine 20 – 40 mg/dl
7.
Tekanan darah dalam batas normal
Tekanan darah
New Born 40 mmHg
1 bulan 85/54 mmHg
1 tahun 95/65 mmHg
6 tahun 105/65 mmHg
10 – 13 tahun 110/65 mmHg
14 – 17 tahun 120/80 mmHg
Skala Penilaian NOC :
1.
Tidak normal
2.
Jauh dari normal
3.
Hampir
normal
4.
Cukup
normal
5.
Normal
NIC I : Regulasi tubuh
1.
Observasi
tanda – tanda vital
2.
Berikan
minuman per oral
3.
Kompres
dengan air hangat
4.
Kolaborasi
pemberian Antipiretik
5.
Monitor
masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam
DX. IV : Resiko
kekurangan volume cairan b.d Muntah, Haematoemesis, Melena
Tujuan : Tidak
ada tanda – tanda kekurangan volume cairan misal dehidrasi
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
1.
Keseimbangan
intake dan output dalam 24 jam
2.
Tidak
terlihat mata cekung
3.
Kelembaban
kulit dalam batas normal
4.
Membran
mukosa lembab
5.
Berat
badan stabil
Skala
Penilaian NOC :
1.
Luar
biasa kompromi
2.
Kompromi
sekali
3.
Kompromi
baik
4.
Kompromi
sedang
5.
Tidak
ada kompromi
NIC : Fluid Management
Aktivitas
1.
Timbang
popok jika diperlukan
2.
Pertahan
intake dan output yang akurat
3.
Monitor
status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat, tekanan darah)
4.
Monitor
vital sign
5.
Dorong
masukan oral
6.
Dorong
keluarga untuk membantu pasien makan
7.
Kolaborasi
c.
Pemberian
cairan IV
d.
Pemberian
tranfusi darah jika perlukan
DX. V :
Resiko tinggi infeksi b.d Imunitas menurun dan Proses penyakit
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi lebih lanjut
NOC I : Imune Status
Kriteria Hasil :
1.
Pasien
bebas dari tanda dan gejala infeksi
Tidak ada rubor, color, dolor, tumor dan
fungsiolesa.
2.
Menunjukan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.
Menunjukan
perilaku hidup sehat
Personal hygiene pasien terpenuhi baik sacara
mandiri maupun dibantu keluarga.
NOC II : Pengendalian Resiko
Kriteria Hasil :
1.
Mengindikasikan
status gastrointestinal, pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal
a. Tidak
ada konstipasi atau diare.
b. Pernafasan
New Born 35 X/menit
1 – 11 bulan 30
X/menit
2 tahun 25
X/menit
4 tahun 23
X/menit
6 tahun 21
X/menit
8 tahun 20
X/menit
10 – 12 tahun 19
X/menit
14 tahun 18
X/menit
16 tahun 17
X/menit
18 tahun 16
– 18 X/menit
c. Tidak
ada gangguan dalam berkemih
d. Daya
tahan tubuh baik tidak mudah terserang penyakit
2.
Mendapatkan
imunisasi yang tepat
Imunisasi
Umur
|
Imunisasi yang harus didapat
|
0 bulan
|
Hepatitis B1, BCG, Polio 1
|
2 bulan
|
Hepatitis B2, DPT1, Polio 2
|
3 bulan
|
DPT2, Polio 3
|
4 bulan
|
DPT3, Polio 4
|
6 bulan
|
Hepatitis B3
|
9 bulan
|
Campak
|
Skala Penilaian NOC :
1.
Tidak
pernah menunjukan
2.
Jarang
menunjukan
3.
Kadang
menunjukan
4.
Sering
menunjukan
5.
Konsisten
menunjukan
NIC : Infection Protection
Aktivitas
1.
Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2.
Monitor
terhadap kerentanan infeksi
3.
Batasi
pengunjung
4.
Inspeksi
kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas dan drainase
5.
Dorong
masukan nutrisi yang cukup
6.
Dorong
masukan cairan yang cukup
7.
Dorong
pasien untuk istirahat
8.
Informasikan
kepada keluarga kapan jadwal imunisasi (DPT, Polio, Campak, Rubella)
9.
Jelaskan
keuntungan imunisasi
10. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci
tangan setiap kali masuk dan keluar dari ruangan klien.
11. Kolaborasi : Berikan antibiotik jika
diperlukan
DX. VI :
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, pengobatan, perawatan serta hospitalisasi
Tujuan :
Pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit
Kriteria Hasil
1.
Mengenal
nama penyakit
2.
Deskripsi
proses penyakit
3.
Deskripsi
faktor penyebab
4.
Deskripsi
tanda dan gejala
5.
Deskripsi
cara meminimalkan perkembangan penyakit
6.
Deskripsi
komplikasi penyakit
7.
Deskripsi
tindakan pencegahan terhadap komplikasi
Skala Penilaian NOC :
1.
Tidak
ada
2.
Sedikit
3.
Sedang
4.
Luas
5.
Lengkap
NIC : Pembelajaran Proses Penyakit
Aktivitas
1.
Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
2.
Jelaskan
tanda dan gejala penyakit
3.
Jelaskan
proses penyakit
4.
Identifikasi
penyebab penyakit
5.
Berikan
informasi tentang kondisi klien
6.
Berikan
informasi tentang hasil pemeriksaan laboratorium
7.
Diskusikan
perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi
C. EVALUASI
Dx
|
Kriteria Hasil
|
Keterangan
Skala
|
I
|
Kontrol Nyeri
NOC I : Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil :
1.Mengetahui faktor penyebab nyeri
2.Mengetahui permulaan terjadinya nyeri
3.Menggunakan tindakan pencegahan
4.Melaporkan gejala
5.Melaporkan kontrol nyeri
NOC II : Tingkat Nyeri
Kriteria Hasil
1.Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2.Frekuensi nyeri berkurang
3.Lamanya nyeri berlangsung
4.Ekspresi wajah saat nyeri
5.Posisi tubuh melindungi
|
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
|
II
|
NOC : Status Gizi
1. Mempertahankan berat badan dalam batas
normal
2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
3. Melaporkan keadekuatan tingkat energi
4. Menyatakan keinginan untuk mengikuti
diet
5. Nilai laboratorium misal Albumin dan
globulin dalam batas normal
|
1. Tidak adekuat
2. Ringan
3. Sedang
4. Kuat
5. Adekuat total
|
III.
|
NOC : Termoregulasi
1.
Suhu
tubuh dalam batas normal
2.
Menjelaskan
tindakan untuk mengurangi peningkatan suhu tubuh
3.
Tidak
ada perubahan warna kulit
4.
Denyut
nadi normal
5.
Respirasi
normal
6.
Cairan
seimbang (intake & output) dalam 24 jam
7.
Tekanan
darah dalam batas normal
|
1. Tidak normal
2. Jauh dari normal
3. Hampir normal
4. Cukup normal
5. Normal
|
IV.
|
NOC : Fluid Balance
1.
Keseimbangan
intake dan output dalam 24 jam
2.
Berat
badan stabil
3.
Tidak
ada cekung
4.
Kelembaban
kulit dalam batas normal
5.
Membran
mukosa lembab
|
1.Luarbiasa kompromi
2.Kompromi sekali
3.Kompromi baik
4.Kompromi sedang
5.Tidak kompromi
|
V.
|
NOC I : Imune Status
1. Pasien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
3. Menunujukan perilaku hidup sehat
NOC II : Pengendalian Resiko
1. Mengindikasikan status gastrointestinal,
pernafasan, genitouria dan imun dalam batas normal
2. Mendapatkan imunisasi yang tepat
|
1.
Tidak
pernah menunjukan
2.
Jarang
menunjukan
3.
Kadang
menunjukan
4.
Sering
menunjukan
5.
Konsisten
menunjukan
|
VI.
|
1. Mengenal nama penyakit
2. Deskripsi proses penyakit
3. Deskripsi faktor penyebab
4. Deskripsi tanda dan gejala
5.Deskripsi cara meminimalkan
perkembangan penyakit
6. Deskripsi komplikasi penyakit
7.Deskripsi tindakan pencegahan terhadap
komplikasi
|
1. Tidak ada
2. Sedikit
3. Sedang
4. Luas
5. Lengkap
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, A. Suddart,
2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed
8 vol.3, EGC, Jakarta.
Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem
Gastrointestinal, EGC, Jakarta.
Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,
United State of American.
Hadi, Sujono, 1991, Gastroenterologi, ed 5, Alumni, Bandung.
Long, BC, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan, Yayasan Ikatan Pendidikan Keperawatan Pajajaran , Bandung.
Mansjoer, A, Suprohaita
& Setyowulan, 1999, Kapita Selekta
Kedokteran ed 3, Media Aesculapius, Jakarta.
MC, Closkey, Joanne C,
1996, Nursing Intervention Classification
(NIC), second edition, Mosby, United State of American.
Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006
Definisi dan Klasifikasi, EGC, Jakarta.
Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor
Gede Yasmin asih, EGC, Jakarta.
Reeves, Charlene J, 2001,
Keperawatan Medikal Bedah, Salemba
Medika, Jakarta.
Suharyo, dkk, 1988, Gastroenterologi Anak Praktis, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
http://www.medicastore.com/
Gastritis/ Diakses pada tanggal 24
Mei 2008
http://google.com//Gastritis/ Diakses pada tanggal 24
Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar