KONSEP DASAR
A. Pengertian
1.
AIDS adalah sindrom yang menunjukkan defisiensi imun
seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui (Rampengan, 1993).
2.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz
Alimul Hidayat, 2006).
3.
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi HIV (Price, 2000 : 224)
4.
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV
(Human Immodeficiency Virus) ditandai dengan sindrom menurunnya sistem
kekebalan tubuh. (Depkes RI, 1992 : 2)
5.
AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai
oleh imunosupresi berat yang menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder dan kelainan imunolegik. (Price, 2000 : 241)
6.
AIDS adalah suatu syndrome atau kumpulan gejala
penyakit dengan karakteristik defisiensi imune yang berat dan merupakan
manifestasi stadium akhir infeksi Human Immunedeficiency Virus (Syaefulloh,
1998)
7.
AIDS merupakan syndrome defisiensi immune yang didapat,
rute satu-satunya teridentifikasi dari transmisi melalui darah dan semen yang
terkontaminasi oleh HIV (Engram, 1998)
Dari semua pengertian di atas dapat disimpulkan, AIDS
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang ditandai dengan syndrome
menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh
infeksi oportunistik dan kanker.
B. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS
adalah suatu agen viral (HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan
retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui hubungan seksual dan mempunyai
aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan dalam mekanisme
pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang menggunakan RNA sebagai
genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan materi genetic dirinya ke dalam
materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.
Sedangkan menurut Long (1996) penyebab AIDS adalah
Retrovirus yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu
darah semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak
(cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI merupakan sarana transmisi HIV yang
menimbulkan AIDS.
Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah
(transfusi darah/komponen darah jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk
jarum) seksual (homo bisek/heteroseksual) perinatal (intra plasenta dan dari
ASI)
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang
terkena HIV :
1.
Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari
ibu yang terinfeksi (disebut juga transmisi vertikal); hal ini menimbulkan
lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun.
2.
Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama
anak dengan hemofilia).
3.
Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku
risiko tinggi.
4.
Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara
berkembang)
C. Patofisiologi
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk dalam famili
retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan
mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan
mengulang respons imunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak,
maka fungsi imunologik lain terganggu.
HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi
genetic RANA. Pada saat virus HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel
yang mempunyai antigen CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk
ke dalam sel, virus akan membuka lapisan protein sel dan menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk mengubah
RNA. DNA virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan
duplikasi selama proses normal pembelahan.
Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4
untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4.
kematian limfosit T4 membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah
terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal
itu menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang
limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ yang paling
sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus AIDS diliputi oleh
suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel. Khususnya
sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat mengakibatkan
kematian sel otak.
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat
berperan penting dalam fungsi system immune normal, mengenai antigen dan sel
yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel B untuk memproduksi antibody. Juga dalam
aktivitas langsung pada cell-mediated cell immune (immune sel bermedia) dan
mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis duplikasi.
Menurut Long (1996) retrovirus /HIV dibawa oleh
hubungan seksual, tranfusi darah dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus.
Pada saat virus HIV masuk ke dalam aliran darha maka HIV mencari sel T4 dan
pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan masuk ke dalam sel dan
mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi normal (kematian sel T4) dan
memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan menghancurkannya.
Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai berikut :
1.
Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV
masih negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, berkeringat malam,
batuk, nyeri saat menelan dan faringgitis.
2.
Infeksi kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi
refleksi lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.
3.
Pembengkakan kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe
dapat persisten selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa
ini terjadi progresi terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar
limfe sampai dengan timbulnya involusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel
dendritik pada otak juga sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua
tahun atau lebih dari nodus limfa pada daerah inguinal selama tiga bulan atau
lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada liquor serebrospinal.
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
a.
Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung
berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat
malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10%
yang mengindikasikan AIDS (slim disease)
b.
Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS
demensia complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain
mielopati, neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan memori
secara fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan
motorik. Demensia penuh dengan
adanya gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit
kontitusional.
c. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan
parasit : pneumonia carinii protozoa (PCP), cryptosporidictis (etero colitis),
toxoplasmosis (CNS dissemminated desease), dan isoporiasis (coccodiosis),
bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi, salmonella, tubercullosis), virus
sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon; herpes simplek) dan fungus
(candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)
d.
Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma
kaposi.
e.
Penyakit lain
Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian dimana
sistem imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin habis sehingga HIV
menguasai tubuh.
D. Manifesasi Klinis
Masa antara terinfeksi HIV dan timbul gejala-gejala
penyakit adalah 6 bulan-10 tahun. Rata-rata masa inkubasi 21 bulan pada
anak-anak dan 60 bulan/5tahun pada orang dewasa. Tanda-tanda yang di temui pada
penderita AIDS antara lain:
1. Gejala
yang muncul setelah 2 sampai 6 minggu sesudah virus masuk ke dalam tubuh:
sindrom mononukleosida yaitu demam dengan suhu badan 38 C sampai 40 C dengan
pembesaran kelenjar getah benih di leher dan di ketiak, disertai dengan
timbulnya bercak kemerahan pada kulit.
2. Gejala
dan tanda yang muncul setelah 6 bulan sampai 5 tahun setelah infeksi, dapat
muncul gejala-gejala kronis : sindrom limfodenopati kronis yaitu pembesaran
getah bening yang terus membesar lebih luas misalnya di leher, ketiak dan lipat
paha. Kemudian sering keluar keringat malam tanpa penyebab yang jelas.
Selanjutnya timbul rasa lemas, penurunan berat badan sampai kurang 5 kg setiap
bulan, batuk kering, diare, bercak-bercak di kulit, timbul tukak (ulceration),
perdarahan, sesak nafas, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kejiwaan terganggu.
Gejala ini di indikasi adanya kerusakan sistem kekebalan tubuh.
3. Pada
tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita
AIDS. Pada tahap ini penderita sering di serang penyakit berbahaya seperti
kelainan otak, meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar,
tuberkulosis paru (TBC), diare kronik, candidiasis mulut dan pnemonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV
yang didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul
gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :
1.
Berat badan lahir rendah
2.
Gagal tumbuh
3.
limfadenopati umum
4.
Hepatosplenomegali
5.
Sinusitis
6.
Infeksi saluran pernapasan atas berulang
7.
Parotitis
8.
Diare kronik atau kambuhan
9.
Infeksi bakteri dan virus kambuhan
10. Infeksi
virus Epstein-Barr persisten
11. Sariawan
orofarings
12. Trombositopenia
13. Infeksi
bakteri seperti meningitis
14. Pneumonia
interstisial kronik
Lima
puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang memanifestasikan
dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat, atau
hilangnya perkembangan motoris.
E. Komplikasi
1.
Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC)
2.
Pneumonia interstitial limfoid
3.
Tuberkulosis (TB)
4.
Virus sinsitial pernapasan
5.
Candidiasis esophagus
6.
Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
7.
Diare kronik
F. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan laboratorium menurut Mansjoer (2000), dapat
dilakukan dengan dua cara :
a.
Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya
dengan menggunakan microskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu
cara deteksi antigen virus adalah dengan polymerase
chain reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk ;
1)
Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada
pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis.
2) Menetapkan status infeksi pada individu
seronegatif
3)
Tes pada kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero
konversi
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab
sensitivitas ELISA untuk rendah.
b. Cara tidak langsung yaitu dengan melihat
respon zat anti spesifik tes, misalnya :
1)
ELISA, sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya
memberikan hasil positif 2-3 buah sesudah infeksi. Hasil positif harus di
konfirmasi dengan pemeriksaan Western Blot.
2)
Western Blot, spsifitas tinggi (99,6-100%). Namun,
pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak
diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
3)
Imonofivoresceni
assay (IFA)
4) Radio
Imuno praecipitation assay (RIPA)
2. Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa
dan melacak virus HIV
a.
Status imun
1)
Tes fungsi sel CD4
2)
Sel T4 mengalami penurunan kemampuan untuk reaksi
terhadap antigen
3)
Kadar imunoglobutin meningkat
4) Hitung sel darah putih normal hingga
menurun
5)
Rasio CD4 : CD8 menurun
3.
Complete Blood
Covnt (CBC)
Dilakukan untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan thrombocytopenia
yang sering muncul pada HIV.
4.
CD4 cell count
Tes yang paling banyak digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit
dan terapi yang akan dilakukan.
5.
Blood Culture
6.
Immune Complek
Dissociaced P24 Assay
Untuk memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas medikasi antivirus.
7.
Tes lain yang biasa dilakukan sesuai dengan manifestasi
klinik baik yang general atau spesifik antara lain :
a. Tuberkulin skin testing
Mendeteksi kemungkinan adanya
infeksi TBC.
b. Magnetik resonance imaging (MRI)
Mendeteksi adanya lymphoma pada otak
c. Spesifik culture dan serology examination (uji
kultur spesifik dan scrologi)
d. Pap smear setiap 6 bulan
Mendeteksi dini adanya kanker
rahim.
Mendiagnosisi
infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah. Dengan
menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada
kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.
Temuan
laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV :
1.
Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut
2.
Penurunan persentase CD4
3.
Penurunan rasio CD4 terhadap CD3
4.
Limfopenia
5.
Anemia, trombositopenia
6.
Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)
7.
Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)
8.
Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria,
tetanus, morbilli, Haemophilus influenzae tipe B)
Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, yang berusia
kurang dari 18 bulan dan yang menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya
dua determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai polimerase-HIV, atau
antigen HIV, maka ia dapat dikatakan “terinfeksi HIV”. Bayi yang lahir dari ibu
HIV-positif, berusia kurang dari 18bulan, dan tidak positif terhadap ketiga uji
tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi HIV, yang ternyata antibodi-HIV negatif dan tidak ada bukti
laboratorium lain yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka ia dikatakan
“seroreverter”
G. Penatalaksanaan
Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV
dan AIDS. Penatalaksanaan AIDS dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan perkembangan penyakit dan pengobatan yang
sesuai. Anak dikategorikan
menggunakan tiga parameter: status kekebalan, status infeksi, dan status
klinik. Seorang anak dengan tanda dan gejala ringan tetapi tanpa bukti adanya
supresi imun dikategorikan sebagai A2. status imun didasarkan pada jumlah CD4
atau persentase CD4, yang tergantung usia anak.
Kategorisasi Anak Infeksi HIV dan AIDS
Kategori Imun
|
Kategori
Klinis
|
|||
(N) Tanpa Tanda dan Gejala
|
(A) Tanda dan Gejala Ringan
|
(B) Tanda dan Gejala Sedang
|
(C) Tanda dan Gejala Hebat
|
|
(1) Tanpa
tanda supresi
|
N1
|
A1
|
B1
|
C1
|
(2) Tanda
supresi sedang
|
N2
|
A2
|
B2
|
C2
|
(3) Tanda
supresi berat
|
N3
|
A3
|
B3
|
C3
|
Keterangan :
Kategori Klinis HIV
- Kategori N : Tidak bergejala
Anak-anak tanpa tanda atau
gejala infeksi HIV
- Kategori A: Gejala ringan
Anak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini:
1).
Limfadenopati
2).
Hepatomegali
3).
Splenomegali
4).
Dermatitis
5).
Parotitis
6).
Infeksi saluran pernapasan atas yang
kambuhan/persisten, sinusitis, atau otitis media.
- Kategori B: Gejala sedang
Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV atau menunjukkan
kekurangan kekebalan karena infeksi HIV: contoh dari kondisi-kondisi tersebut
adalah sebagai berikut :
a.
Anemia, neutropenia, trombositopenia selama > 30
hari
b. Meningitis
bakterial, pneumonia, atau sepsis
c.
Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak
di atas 6 bulan
d. Kardiomiopati
e.
Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan
f.
Diare, kambuhan atau kronik
g. Hepatitis
h. Stomatitis
herpes, kambuhan
i.
Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan
awitan sebelum berusia 1 bulan.
j.
Herpes zoster, dua atau lebih episode
k. Leiosarkoma
l.
Penumonia interstisial limfoid atau kompleks
hiperplasia limfoid pulmoner (LIP/PLH)
m.
Varisela zoster persisten
n. Demam
persisten > 1 bulan
o. Toksoplasmosis
awitan sebelum berusia 1 bulan
p. Varisela,
diseminata (cacar air berkomplikasi)
- Kategori C : Gejala Hebat
Anak dengan kondisi berikut ini:
a.
Infeksi bakterial multipel atau kambuhan
b. Kandidiasis
pada trakea, bronki, paru, atau esofagus
c.
Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstrapulinoner
d. Kriptosporodisis,
intestinal kronik
e.
Penyakit, sitomegalovirus (selain hati, limpa, nodus),
dimulai pada umur > 1 bulan.
f. Retinitis sitomegalovirus (dengan
kehilangan penglihatan)
g. Ensefalopati
HIV
h. Ulkus herpes simpleks kronik (durasi >
1 bulan) atau pneumonitis atau esofatis,
awitan saat berusia > 1 bulan.
i.
Histoplasmosis diseminata atau ekstrapulmoner
j.
Isosporiasis, intestinal kronik (durasi > 1 bulan)
k. Sarkoma
Kaposi
l.
Limfoma, primer di otak
m.Limfoma (sarkoma Burkitt atau sarkoma
imunoblastik)
n. Kompleks Mycobacterium ovium atau mycobacterium
kansasii, diseminata atau ekstrapulmoner.
o. Penumonia
Pneumocystis carinii
p. Leukoensefalopati
multifokal progresif
q. Septikemia
salmonela, kambuhan
r.
Toksoplasmosis pada otak, awitan saat berumur >1
bulan.
s.
Wasting syndrome karena
HIV
Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan
ditujukan terhadap mencegah dan menangani infeksi oportunistik seperti
kandidiasis dan penumonia interstisial.
Azidotimidin (zidovudin), videks, dan zalcitabin (dcc)
adalah obat-obatan untuk infeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah. Videks dan ddc
kurang bermanfaat untuk penyakit sistem saraf pusat Trimetoprim sulfametoksazol
(Septra, Bactrim) dan pentamadin digunakan untuk pengobatan dan profilaksis pneumonia
cariini Pneumocystis (PCP). Pemberian
imunoglobulin secara intravena setiap bulan sekali berguna untuk mencegah
infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk hipogamaglobulinemia.
Imunisasi
disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV. Sebagai ganti vaksin poliovirus
oral (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV).
Memulihkan sistem imun.
1.
Obat-obat yang telah dicoba dipakai adalah
imunomodulator, seperti isoprenosino, interferon (alfa dan gamma), interleukin
2. Namun, sampai sekarang belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.
2. Transfusi limfosit dan
transplantasi sumsum tulang.
Memberantas
virusnya.
Salah satu cara
untuk memutuskan rantai pembiakan virus AIDS adalah dengan “inhibiton reserve
transcriptace” dengan obat suramin untuk menghambat efek sitopatis virus
terhadap sel limposit-T helper, namun obat ini sangat toksik.
Menurut Long (1996) perawatan diri pasien dengan AIDS adalah :
1.
Upaya preventif meliputi :
a.
Penyuluhan kesehatan pada kelompok yang beresiko
terkena AIDS.
b.
Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk
tidak menyumbangkan darah, organ atau cairan semen.
c.
Modifikasi tingkah laku dengan :
1).
Membantu mereka agar bisa merubah perilaku resiko
tinggi menjadi perilaku yang beresiko atau yang kurang beresiko dengan mengubah
kebiasaan seksual guna mencegah terjadinya penularan.
2).
Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga
bisa mempertahankan tubuh dengan baik yaitu dengan asupan nutrisi dan vitamin
yang cukup.
3).
Pandangan hidup yang positif
4).
Memberikan dukungan psikologis dan sosial
d.
Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV
2.
Edukasi yang bertujuan :
a.
Mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana
menghadapi kenyataan hidup bersama AIDS, kemungkinan didiskriminasikan dari
masyarakat sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau
masyarakat lain.
b.
Pendidikan bagaimana cara hidup sehat, dengan mengatur
diet, asupan nutrisi dan vitamin yang cukup, menghindari kebiasaan.
H. Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit
AIDS, adalah :
1.
Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS
2.
Mencegah hubungan seksual dengan partner banyak atau
dengan orang yang mempunyai banyak partner
3.
Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotik
yang menggunakan obat suntik.
4.
Orang-orang dari kelompok resiko tinggi dicegah menjadi
donor darah.
5.
Pemberian transfusi darah hanya untuk pasien-pasien
yang benar-benar perlu
6.
Pada setiap suntikan harus terjamin sterilitas atau
suntiknya
7.
Penularan pada bayi dan anak dapat terjadi pada waktu
hamil, melahirkan maupun postpartum, maka sebaiknya wanita dengan resiko tinggi
AIDS jangan hamil dan jangan melahirkan.
PATHWAY
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA AIDS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Subjektif, mencakup:
a. Pengetahuan klien tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan,
BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik,
lamanya)
2. Data Objektif, meliputi:
a. Kulit, lesi, integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
c. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan
darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
d.
Pengkajian Respiratori
e.
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas,
takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
f.
Pengkajian Neurologik
g.
Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan
perilaku, nyeri otot, kejang-kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan
kesadaran, delirium, meningitis, keterlambatan perkembangan.
h.
Pengkajian Gastrointestinal
i.
Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan,
kesulitan menelan, bercak putih kekuningan pada mukosa mulut, faringitis,
candidisiasis esophagus, candidisiasis mulut, selaput lender kering, pembesaran
hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronis, pembesaran limfa.
j.
Pengkajain Renal
k.
Pengkajaian Muskuloskeletal
l.
Nyeri
otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
m.
Pengkajian Hematologik
n.
Pengkajian Endokrin
4.
Kaji status nutrisi
5.
Kaji adanya infeksi oportunistik
6.
Kaji adanya pengetahuan tentang penularan
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1. ELISA
: Enzyme-linked immunosorbent assay (uji awal yang umum) untuk
mendeteksi antibody terhadap antigen HIV(umumnya dipakai untuk skrining HIV
pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).
2. Western
blot (uji konfirmasi yang umum) untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
beberapa protein spesifik HIV.
3.
Kultur
HIV untuk memastikan diagnosis pada bayi.
4.
Reaksi
rantai polimerase (Polymerase chain reaction)/PCR untuk mendeteksi asam
deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV
pada bayi dan anak).
5.
Uji
antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV.
6.
HIV,
IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara
eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).
Temuan laboratorium yang
terdapat pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV :
1.
Penurunan
jumlah limfosit CD4+ absolut
2.
Penurunan
persentase CD4
3.
Penurunan
rasio CD4 terhadap CD8
4.
Limfopenia
5.
Anemia,
trombositopenia
6.
Hipergammaglobulinemia
(IgG, IgA, IgM)
7.
Penurunan
respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)
8.
Respons
buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbili, Haemophilus
influenzae tipe B)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko
infeksi berhubungan dengan penurunan imun
2.
Keterlambatan
tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun
3. Kurang volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif (diare)
4. Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu
5. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
6.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar sering (diare)
7.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
8.
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
9.
Cemas
berhubungan dengan perubahan staus kesehatan
10. Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan anak yang menderita penyakit serius
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi
C.
INTERVENSI
1. Diagnosa 1
: Risiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
NOC
: immune status
Kriterias hasil :
a.
Status gastrointestinal normal
b.
Status respirasi norml
c.
Status BB normal
d.
Status integritas kulit normal
e.
Tidak menunjukan kelemahan
f.
Menunjukan kekebalan tubuh
Skala penilaian
:
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak
kompromi
NIC : imunisation
/ vaccination administration
Intervensi :
a.
Ajarkan orang tua untuk mengikuti jadwal administerasi
b.
Ajarkan individu keluarga untuk melakukan vaksinasi
seperti kolera, influenza, rabies, demam typoid, typus, TBC
c.
Sediakan informasi mengenai imunisasi
d. Pantau pasien setelah mendapat imunisasi
e.
Identifikasi kontraindikasi dari imunisasi seperi
panas.
2. Diagnosa
II : Keterlambatan tumbuh
kembang berhubungan dengan penurunan imun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien menunjukan tanda pertumbuhan yang normal
NOC : pertumbuhan
Kriteria
hasil:
a. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi
badan
b.
Turgor kulit baik
c.
Tanda-tanda vital baik
Skala penilaian:
1 = Tidak ada
penyimpangan dari yang diharapkan
2 = Penyimpangan
ringan
3 = Penyimpangan
sedang
4 = Penyimpangan
berat
5 = Extrim
NIC :
Peningkatan pertumbuhan
Intervensi:
a.
Lakukan pemeriksaan kesehatan dengan saksama (
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik )
b.
Tentukan makanan yang disukai klien
c. Pantu kecenderungan peningkatandan
penurunan berat badan
d.
Kaji keadekuatan asupan nutrisi
e.
Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkembangan
3. Diagnosa III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan
NOC : fluid balance
Kriteria hasil :
a.
Tekanan darah normal
b. Keseimbangan masukan dan haluaran selama
24 jam
c.
Tidak ada distensi vena jugularis
d.
Hidrasi kulit
e.
Membran mukosa normal
f.
Turgor kulit baik
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjaukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : fluid
management
Intervensi :
a.
Timbang popok jika diperlukan
b.
Pertahankan intake dan output
c.
Monitor status hidrasi
d.
Monitor vital sign
e. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
4. Diagnosa IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
dispneu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pola nafas efektif
NOC
: Respitarory status
a.
RR alam batas normal
b.
Irama nafas normal
c.
Ekspansi dada simetris
d.
Tidak ada dispneu
e.
Tidak ada traktil fremitus
f.
Auskultasi bunyi nafas normal
Skala penilaian :
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak
kompromi
NIC : Oxygen
terapy
Intervensi :
a. Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea
b. Pertahankan jalan nafas yang paten
c.
Atur peralatan oxygenasi
d.
Monitor aliran oxygen
e.
Petahankan posisi pasien
NIC : Vital Sign
Monitoring
Intervensi :
a. Monitor TD, nadi, suhu dan dan RR
b.
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
c.
Monitor suhu warna dan kelembaban kulit
5. Diagnosa V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi
NOC : Nutritional
status
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai
tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan
c.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Skala penilaian :
1= Tidak pernah
menunjukan
2 = Jarang
menunjukan
3 = Kadang
menunjukan
4 = Sering
menunjukan
5 = Selalu
menunjukan
NIC : nutrition
management
Intervensi :
a.
Kaji adanya alergi makanan
b.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake seperti Fe,
vitamin, dan protein
c. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
NIC : nutrition
monitoring
a.
Monitor
adanya penurunan berat badan
b. Monitor interaksi anak / orang tua selama
makan
c. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
d.
Monitor turgor kulit
e.
Monitor mual dan muntah
f.
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
6. Diagnosa
VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar
sering (diare)
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kulit anak tetap bersih, utuh dan bebas iritasi
NOC : Tissue integrity
a.
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperature dan pigmentasi )
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c.
Perfusi jaringan baik
d.
Mampu melindungi kulit
e.
Mampu mempertahankan kelembaban kulit
Skala penilaian :
1
= Selalu
2
= Sering
3
= Kadang-kadang
4
= Jarang
5
= Tidak pernah
NIC : Exercise Therapy
a.
Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk adanya
tanda-tanda iritasi kemerahan
b.
Lindungi permukaan kulit yang bergesekan
c.
Masase kulit dengan lembut menggunakan lotion di area
yang iritasi
7. Dignosa VII : Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan suhu tubuh normal
NOC : Thermoregulation
a.
Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan
b.
Suhu tubuh dalam batas normal
c. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang
diharapkan
d.
Perubahan warna kulit tidak ada
Skala penilaian :
1
= Tidak pernah menunjukan
2
= Jarang menunjukan
3
= Kadang menunjukan
4
= Selalu menunjukan
5
= Sering menunjukan
NIC : Fever management
Intervensi :
a.
Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan
kebutuhan
b. Pantau warna kulit dan suhu
c. Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara dini hipertermia
d. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan
tutupi klien dengan hanya selembar pakaian
e.
Berikan cairan intravena
8. Dignosa VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat beraktifitas seperti biasa
NOC : Penghematan energi
Kriteria hasil :
a.
Menyadari kjeterbatasan energi
b.
Menyeimbangkan aktifitas dan energi
c.
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas
Skala penilaian :
1
= Tidak sama sekali
2
= Jarang
3
= Kadang
4
= Sering
5 = Selalu
NIC : Pengelolaan enegi
a.
Tentukan penyebab keletihan
b. Pantau asupan untuk mamastikan keadekuatan
sumber energi
c.
Batasi rangsangan lingkungan
d.
Bantu dengan aktifitas fisik teratur
9. Diagnosa IX : Cemas
berhubungan dengan perubahan staus kesehatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dapar berkurang
NOC
: Anxiety control
Kriteria hasil :
a.
Monitor
intensitas cemas
b.
Mengurangi
penyebab cemas
c.
Penurunan
rangsang lingkungan ketika cemas
d.
Memberikan
informasi untuk mengurangi cemas
e.
Melaporkan
penurunan cemas
f.
Melaporkan
keadekuaan tidur
Skala penilaian :
1
= Tidak pernah menunjukan
2
= Jarang menunjukan
3
= Kadang menunjukan
4
= Sering menunjukan
5
= Selalu menunjukan
NIC : penurunan cemas
1. Gunakan pendekatan yang menangkan
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
3.
Pahami
persepsi pasien terhadap stress
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan
dan mengurangi keemasan
5.
Identifikasi
tingkat kecemasan
6.
Dorong untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan
10. Diagnosa
X : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan orang tua dan anak menunjukan perilaku kedekatan
NOC : Koping keluarga
Kriteria hasil :
a.
Saling percaya dan dapat manghadapi masalah
b.
Mengatasi masalah
c.
Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga
d.
Tetapkan prioritas
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah
menunjukan
2 = Jarang
menunjukan
3 = Kadang
menunjukan
4 = Selalu
menunjukan
5 = Sering
menujukan
NIC : Support keluarga
Intervensi :
a.
Yakinkan keluarga bahwa pasien akan diberi perawatan
terbaik
b.
Hargai reaksi pasien terhadap kondisi pasien
c. Berikan timbal balik atas koping keluarga
d.
Terangkan menhenai rencana medis dan perawatan pasien
terhadap keluarga
e.
Berikan informasi tentang perkembangan pasien sesuai
dengan kondisi
11. Dignosa XI : Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga pengetahuannya
bertambah
NOC :
Proses penyakit
Kriteria hasil :
- Mengenal nama penyakit
- Deskripsi proses penyakit
- Deskripsi factor penyebab
- Deskripsi tanda dan gejala
- Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
Skala penilaian :
1 = Tidak
pernah menunjukan
2 = Jarang
menunjukan
3 = Kadang
menunjukan
4 = Sering
menunjukan
5 = Selalu
menunjukan
NIC : Pembelajaran proses penyakit
a.
Jelaskan tanda dan gejala
b.
Identifikasi penyebab penyakit
c. Beri informasi tentang hasil pemeriksaan
diagnostik
D.
EVALUASI
1. Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun
a.
Status gastrointestinal normal 4
b.
Status respirasi normal 3
c.
Status BB normal 3
d.
Status integritas kulit normal 3
e.
Tidak menunjukan kelemahan 3
f.
Menunjukan kekebalan tubuh
2. Dx II
: Keterlambatan tumbuh
kembang berhubungan dengan penurunan imun
a. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi
badan 2
b.
Turgor kulit
baik 3
c.
Tanda-tanda
vital baik 2
3. Dx
III : Kurang volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
a.
Tekanan darah normal 3
b.
Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam 3
c.
Hidrasi kulit 3
d.
Membran mukosa normal 3
e.
Turgor kulit baik 3
4. Dx IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu
a.
RR alam batas normal 3
b.
Irama nafas normal 3
c.
Ekspansi dada simetris 3
d.
Tidak ada dispneu 3
e.
Tidak ada traktil fremitus 3
f. Auskultasi
bunyi nafas normal 3
5. Dx V :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah
a.
Adanya
peningkatan berat badan sesuai tujuan 3
b.
Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3
c.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4
d.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5
6. Dx VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar
sering (diare)
a.
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperature dan pigmentasi ) 3
b. Tidak
ada luka atau lesi pada kulit 5
c.
Perfusi jaringan baik 4
d.
Mampu melindungi kulit 3
e.
Mampu mempertahankan kelembaban kulit 3
7. Dx VII : Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi
a.
Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan 3
b.
Suhu tubuh dalam batas normal 4
c. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang
diharapkan 4
d. Perubahan warna kulit tidak ada 4
8. Dx VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan fisik
a.
Menyadari keterbatasan energi 2
b.
Menyeimbangkan aktifitas dan energi 3
c.
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas 3
9. Dx IX : Cemas berhubungan dengan perubahan staus
kesehatan
a.
Monitor
intensitas cemas 4
b.
Mengurangi
penyebab cemas 4
c.
Penurunan
rangsang lingkungan ketika cemas 3
d.
Memberikan
informasi untuk mengurangi cemas 5
e.
Melaporkan
penurunan cemas 3
f.
Melaporkan
keadekuaan tidur 3
10. Dx X :
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius
a.
Saling percaya dan dapat manghadapi masalah 5
b.
Mengatasi masalah 5
c.
Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga 5
d.
Tetapkan prioritas 5
11. Dx XI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
a.
Mengenal nama penyakit 4
b.
Deskripsi proses penyakit 4
c.
Deskripsi factor penyebab 4
d.
Deskripsi tanda dan gejala 4
e. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan
penyakit 4
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L.
2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Muma, Richard D.
1997. HIV : manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.
Rampengan. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta
Dr Itua, HIV tedavisi, ben 10 yıldır bir ARV Tüketimi olmuştur. bloglar sitesinde Dr Itua'yla karşılaşıncaya kadar acı çekiyorum. HIV'im ve konumum hakkında her şeyi ona e-postayla gönderdim ve ona her şeyi açıkladım ve beni tedavi edeceğinden korkacak hiçbir şey olmadığını söyledi. , bana garanti verdi. Maddelerin ücretini ödememi istedi. Bu yüzden tedavi ettiğimde şükran göstereceğim ve şifa veren bitkilerinin ifadesini vermek, geri kalan HIV için yapacağınız şeydir. ve diğer hastalıklar Dr Itua'nın iyi çalışmalarını görebiliyor. 5 iş günü içerisinde postaneme gelen EMS Kurye servisi aracılığıyla bitkisel ilacını aldım.Rr Itua dürüst bir adam ve iyi çalışması için onu takdir ediyorum. Onu takdir etmek ve arkadaşlarımın geri kalanını takdir etmek, hapları almaktan ve o şişko belleğe sahip olmak benim için bir kabustur. Benim de neyden bahsettiğimi anlayacaksın. O zaman şimdi olmasa da, özgür ve sağlıklıyım. Dr Itua Herbal Center'a teşekkür ederim. Onun da takvimi var. bana yakın zamanda göndermiş, Kanser, Uçuk, Fibromiyalji, Hiv, Hepatit B, Karaciğer / Böbrek İnflamatörü, Epilepsi, Kısırlık, Fibroid, Diyabet, Dercum, Copd, ve ayrıca Ex Lover'ı Geri Getirmek gibi her türlü hastalığı tedavi ediyor. Burada Onun İletişim .drituaherbalcenter @ gmail.com Veya Whats_app Numarası +2348149277967
BalasHapusBen 15 yaşındayım. HIV ile doğdum, annem HIV enfeksiyonu yüzünden öldü ve ben de hiç bu kadar tanımadığım için pişmanım Dr Itua annem için benim için tedavi edemedi çünkü bekar bir anne olarak annem için çok zordu. HIV / Aids Herpes, Parkison, Copd, Epilepsi, Zona, Soğuk Ağrıları, Kısırlık, Kronik Yorulma Sendromu, Fibromiyalji, Diyabet Hepatit gibi farklı ırk hastalıklarında nasıl farklı hastalıkları tedavi ettiği konusunda çevrimiçi Çevrimiçi olarak böyle bir makaleye rastlamadım, sonra Mail'le Dr Itua ile bağlantıya geçtim drituaherbalcenter@gmail.com Ayrıca onunla ne hakkında konuştuğumu +2348149277967 nasıl çalıştığını, sonra nasıl devam edeceğimi söylediğimi söyle hızlı bir şekilde Colorado postanesi 4/5 iş günü içinde bitkisel ilacımı alıyorum bana takip edeceğim lonca çizgileri verdi ve burada tekrar sağlıklı mı yaşıyorum Tanrı'nın eserlerini tezahür ettirmek için nasıl erkekler kullandığını hayal edebiliyorum, tüm makalelerde çevrimiçi olarak tanrıyı yaymak için yazıyorum eseri Itua Bitkisel Tıp, O harika bir adam.
BalasHapusObat herbal Dr. imoloa yang hebat adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa apa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun yang dimediasi. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dysthymic, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Ganas, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer, email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... +2347081986098. }
BalasHapus