LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA
A. PENGERTIAN
Asfiksia
Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)
Asfiksia
neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir
(Mansjoer, 2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2
dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ
vital lainnya. (Saiffudin, 2001)
Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
B. JENIS ASFIKSIA
Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
1.
Asfiksia livida (biru)
2.
Asfiksia pallida (putih)
Perbedaan
asfiksia livida dan pallida ditunjukkan dalam tabel berikut ini
Perbedaan
|
Asfiksia Pallida
|
Asfiksia Livida
|
Warna kulit
Tonus otot
Reaksi rangsangan
Bunyi jantung
Prognosis
|
Pucat
Sudah berkurang
Negatif
Tidak teratur
Jelek
|
Kebiru-biruan
Masih baik
Positif
Masih teratur
Lebih baik
|
C. KLSIFIKASI ASFIKSIA
AGAR SCORE
Score
|
0
|
1
|
2
|
A : Appearance
(warna kulit)
P : Pulse
(denyut nadi)
G : Grimace
(refleks)
1. Respon terhadap kateter dalam lubang hidung (dicoba setelah orofaring
dibersihkan).
2. Tangensial foot siap
A
: Activity
(tonus otot)
R
: Respiration
(usaha bernafas)
|
Biru, pucat
Tidak ada
Tidak ada respon
Tidak ada respon
Pincang
Tidak ada
|
Badan merah muda
Ekstremitas biru
Lambat (dibawah 100 x/mnt)
Menyeringai
Menyeringai
Beberapa ekstremitas pincang
Tangisan lemah
Hipoventilasi
|
Seluruhnya merah muda
Diatas 100 x/mnt
Batuk atau bersin
Menangis dan menarik kaki.
Fleksi dengan baik
Tangisan kuat
|
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR
4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan
nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
D. ETIOLOGI
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989)
adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeksi akut
b. Penyakit infeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a.
Kekurangan O2.
·
Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/
insersi uteri)
·
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus
yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
·
Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada
plasenta.
·
Prolaps
fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.
·
Pemberian
obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
·
Perdarahan
banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
·
Kalau
plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b.
Paralisis pusat pernafasan
·
Trauma
dari luar seperti oleh tindakan forseps
·
Trauma
dari dalam : akibat obet bius.
Penyebab asfiksia Stright (2004)
1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia,
diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama,
persentasi janin abnormal.
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa,
solusio plasenta, insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali
pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi
sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Pada
Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160
x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran
mekonium.
·
Jika
DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
·
Jika
DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
·
Jika
DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
2. Pada
bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak
maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.
F. PATOFISIOLOGI
Bila janin
kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus
vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila
kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan
pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terluhat
lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode
apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar
O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian
akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak
dimulai segera.
G. PATHWAY KEPERAWATAN



![]() |



Janin kekurangan
O2
paru-paru terisi cairan








|
|








|

G3 metabolisme
&
perubahan asam




![]() |
|

Janin tdk
bereaksi
|

|
H. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus
antara lain :
1.
Edema otak & Perdarahan otak
Pada
penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga
aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia
dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2.
Anuria atau oliguria
Disfungsi
ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir
ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
3.
Kejang
Pada bayi
yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2
sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal
ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
4.
Koma
Apabila
pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
I. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan asfiksia :
1. Pengaturan suhu
Segera setelah lahir, badan
dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan seluruhnya dengan kain kering dan
hangat, dan diletakan telanjang di bawah alat/ lampu pemanas radiasi, atau pada
tubuh Ibunya, bayi dan Ibu hendaknya diselimuti dengan baik, namun harus
diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi.
2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/
membersihkan jalan nafas, Breathing/ mengusahakan timbulnya pernafasan/
ventilasi, Circulation/ memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/ memberikan obat)
A.
Memastikan saluran nafas terbuka
- Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.
- Menghisap mulut, hidung dan trakhea.
- Bila perlu, masukkan pipa ET untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
B.
Memulai pernafasan
- Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.
- Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)
C.
Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :
- Kompresi dada
- Pengobatan
D.
Pemberian obat-obatan
- Epineprin
Indikasi : diberikan apabila
frekuensi jantung tetap di bawah 80 x/mnt walaupun telah diberikan paling
sedikit 30 detik VTP adekuat dengan oksigen 100 % dan kompresi dada atau
frekuensi jantung. Dosis 0,1 – 0,3 ml/kg untuk larutan 1:10000. Cara pemberian
dapat melalui intravena (IV) atau melalui pipa endotrakheal.
Efek : Untuk meningkatkan
kekuatan dan kecepatan konstraksi jantung.
- Volume ekspander (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%, Nacl, RL).
Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian atau
diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemi. Dosis 10 ml/ kg. Cara pemberian IV dengan
kecepatan pemberian selama waktu 5-10 menit.
Efek : meningkatkan volume
vaskuler, meningkatkan asidosis metabolik.
- Natrium Bikarbonat
Indikasi : digunakan apabila
terdapat apneu yang lama yang tidak memberikan respon terhadap terapi lain.
Diberikan apabila VTP sudah dilakukan.
Efek : memperbaiki asidosis
metabolik dengan meningkatkan ph darah apabila ventilasi adekuat, menimbulkan
penambahan volume disebabkan oleh cairan garam hipertonik.
- Nalakson hidroklorid/ narcan
Indikasi : depresi pernafasan
yang berat atau riwayat pemberian narkotik pada Ibu dalam 4 jam sebelum
persalinan.
Efek : antagonis narkotik.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d materi
asing dalam jalan nafas
II.
Pola
nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
III.
Kerusakan
pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
IV.
Risiko
cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan
pada agen-agen infeksius.
V.
Risiko
ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
VI.
Proses
keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.
K. INTERVENSI
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan
Jalan Nafas
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.
2. Tidak menunjukkan cemas.
3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5. Tidak ada suara nafas tambahan.
NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran
Gas
Kriteria Hasil :
1. Mudah dalam bernafas.
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.
3. Tidak adanya sianosis.
4. PaCO2 dalam batas normal.
5. PaO2 dalam batas normal.
6. Keseimbangan perfusi ventilasi
Keterangan skala
:
1 : Selalu
Menunjukkan
2 : Sering
Menunjukkan
3 : Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang
Menunjukkan
5 : Tidak
Menunjukkan
NIC I : Suction jalan nafas
Intevensi :
1.
Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
2.
Auskultasi
suara nafas sebelum dan sesudah suction .
3.
Beritahu
keluarga tentang suction.
4.
Bersihkan
daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.
5.
Monitor
status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah
suction.
NIC II :
Resusitasi : Neonatus
1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum
persalinan.
2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran
O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik.
3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas
radiasi.
4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi
trachea untuk menghisap mekonium.
5. Intubasi dengan endotracheal untuk
mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah.
6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki
atau punggung bayi.
7. Monitor respirasi.
8. Lakukan auskultasi untuk memastikan
vetilasi adekuat.
DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.
NOC : Status respirasi : Ventilasi
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.
2. Ekspansi dada simetris.
3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas
normal.
Keterangan skala
:
1 : Selalu
Menunjukkan
2 : Sering
Menunjukkan
3 : Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang
Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Manajemen jalan nafas
Intervensi :
1)
Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.
2)
Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
3)
Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
4)
Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu
nafas
5)
Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.
6)
Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.
NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru dalam batas normal
Keterangan skala
:
1 : Selalu
Menunjukkan
2 : Sering
Menunjukkan
3 : Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang
Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Manajemen asam basa
Intervensi :
1)
Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan
produksi sputum.
2)
Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
3)
Pantau hasil Analisa Gas Darah
DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital
tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
risiko cidera dapat dicegah.
NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak
Kriteria hasil :
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari
level perkembangan anak.
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan
pertama.
Keterangan Skala
:
1 : Tidak sama
sekali
2 : Sedikit
3 : Agak
4 : Kadang
5 : Selalu
NIC : Kontrol Infeksi
Intervensi :
1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
merawat bayi.
2. Pakai sarung tangan steril.
3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin
terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya
anomali.
4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan.
5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung
antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau
antigen E (Hbe Ag).
DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam
darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal.
NOC I : Termoregulasi : Neonatus
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.
2. Tidak terjadi distress pernafasan.
3. Tidak gelisah.
4. Perubahan warna kulit.
5. Bilirubin dalam batas normal.
Keterangan skala
:
1 : Selalu
Menunjukkan
2 : Sering
Menunjukkan
3 : Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang
Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Perawatan Hipotermi
Intervensi :
1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan
tempatkan pada lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang berhubungan dengan
hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.
3. Monitor temperatur dan warna kulit.
4. Monitor TTV.
5. Monitor adanya bradikardi.
6. Monitor status pernafasan.
NIC II :
Temperatur Regulasi
Intervensi :
1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai
suhu stabil.
2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap
hangat.
3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.
DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan
anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.
NOC I : Koping keluarga
Kriteria Hasil :
1. Percaya dapat mengatasi masalah.
2. Kestabilan prioritas.
3. Mempunyai rencana darurat.
4. Mengatur ulang cara perawatan.
Keterangan skala
:
1 : Tidak pernah
dilakukan
2 : Jarang
dilakukan
3 : Kadang
dilakukan
4 : Sering
dilakukan
5 : Selalu
dilakukan
NOC II : Status Kesehatan Keluarga
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga.
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan
pencegahan.
3. Akses perawatan kesehatan.
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
Keterangan Skala
:
1 : Selalu
Menunjukkan
2 : Sering
Menunjukkan
3 : Kadang
Menunjukkan
4 : Jarang
Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Pemeliharaan proses keluarga
Intervensi :
1. Tentukan tipe proses keluarga.
2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam
proses keluarga.
3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan
mekanisme support yang ada.
4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan
strategi normal dalam segala situasi.
NIC II : Dukungan Keluarga
Intervensi :
1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien
memperoleh perawat yang terbaik.
2. Tentukan prognosis beban psikologi dari
keluarga.
3. Beri harapan realistik.
4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan
keluarga.
E. EVALUASI
DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d produksi mukus banyak.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3)
2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3)
3. Rata-rata repirasi dalam batas
normal.(skala 3)
4. Pengeluaran sputum melalui jalan
nafas.(skala 3)
5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3)
NOC II
Kriteria Hasil :
1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)
2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3)
3. Tidak adanya sianosis.(skala 3)
4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3)
5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3)
DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Kriteria hasil :
1. Pasien menunjukkan pola nafas yang
efektif.(skala 3)
2. Ekspansi dada
simetris.(skala 3)
3. Tidak ada
bunyi nafas tambahan.(skala 3)
4. Kecepatan dan
irama respirasi dalam batas normal.(skala 3)
DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas.(skala 3)
2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala
3)
DP IV. Risiko cedera b.d anomali
kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen
infeksius.
1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4)
2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari
level perkembangan anak.(skala 4)
3. Mendeskripsikan teknik pertolongan
pertama.(skala 4)
DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam
darah.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala
3)
2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala
3)
3. Tidak gelisah. (skala 3)
4. Perubahan warna kulit. (skala 3)
5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3)
NOC II
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala
3)
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan
pencegahan. (skala 3)
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)
4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala
3)
DP VI. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak
teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
NOC I
Kriteria Hasil :
1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3)
2. Kestabilan prioritas. (skala 3)
3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3)
4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)
NOC II
Kriteria Hasil :
1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala
3)
2. Anak mendapatkan perawatan tindakan
pencegahan. (skala 3)
3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)
4. Kesehatan fisik anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Hassan, R
dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Mansjoer,
A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.
Santosa,
B. 2005. Panduan Diagnosa
Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson.
2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil
NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Manuaba,
I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta :
EGC
Mochtar.
R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Saifudin.
A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Straight.
B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:
Posting Komentar