LAPORAN
PENDAHULUAN
A. Pengertian
- Intususepsi atau invaginasi adalah suatu keadaan, sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. ( Arifin, 2007 )
- Intususepsi atau invaginasi adalah bagian usus masuk ke dalam usus di bagian belakangnya, terjadi jepitan usus, menyebabkan hambatan aliran usus dan mengganggu aliran darah yang melalui bagian usus yang mengalmi intususepsi. ( Hanifah, 2007 )
- Intususepsi terjadi bila salah satu bagian usus masuk kebagian usus lain yang mengakibatkan obstruksi di bagian atas defek (telescoping). (Dons L. Wong, 2004)
- Melipatnya bagian suatu alat ke dalam bagian yang lain alat itu. (Kamus kedokteran Edisi Revisi, 2002)
- Invaginasi adalah keadaan masuknya segmen usus ke segmen bagian distalnya yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus. ( Mansjoer, 2000 )
- Invaginasi terjadi bila segmen usus masuk ke bagian distal. ( staff pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 2000 )
- Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus bagian proksimal masuk ke bagian segmen usus yang lebih distal dan pada umumnya akan menimbulkan gejala obstruksi usus. (Markum, 1999)
Penyumbatan
dapat terjadi di mana saja di sepanjang usus. Bagian usus di sebelah atas
penyumbatan tetap berfungsi. Pengisisan dengan makanan, cairan, sekresi enzim
pencernaan dan gas, akan menyebabkan pembengkakan, peradangan dan berkurangnya
aliran darah pada bagian usus yang terlibat. Bila penyumbatan yang terjadi
memutuskan aliran darah ke usus, disebut strangulasi. Lalu timbul kematian
jaringan, biasanya menyebabkan perforasi dan peritonitis serta infeksi. Invaginasi
sering ditemukan pada anak berumur 3 bulan sampai 2 tahun, paling banyak 5
sampai 9 bulan. Anak laki-laki lebih banyak resikonya daripada perempuan dengan
perbandingan 3:1.
B. Klasifikasi
Bagian usus
yang masuk disebut intussusceptum dan bagian yang menerima
intussusceptum dinamakan intussuscipiens. Pemberian nama invaginasi
tergantung hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, klasifikasinya
adalah
1. Ileocaecal :
ileum berinvaginasi ke dalam kolon asenden pada katup ileocaecal.
2. Ileo-colic :
ileum berinvaginasi ke dalam kolon.
3. colo-colic : kolon berinvaginasi ke dalam kolon.
4. ileo-ileo :
usus kecil berinvaginasi ke dalam usus kecil.
Kombinasi
lain dapat terjadi seperti ileo-ileocolica dan appendical-colica. Kasus yang
paling banyak ditemukan adalah ileo-colica (75%).
C. Etiologi
Penyebab dari invaginasi belum diketahui secara
pasti. Tapi banyak yang menyebutkan
terkait dengan hal berikut ini:
1. Pembesaran limfoid usus ( peyer patches ),
akibat peningkatan paparan terhadap antigen baru.
2. Cacat lahir.
3. Massa yang keras dari isi usus ( mekonium
).
4. Usus yang melintir ( volvulus ).
5. Divertikel kelenjar Meckel ( suatu duktus
yang timbul dari ileum yang menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka
pada ujung usus ).
6. Infeksi saluran napas atas, karena umumnya
intususepsi terjadi pada musim dingin atau hujan ketika banyak terjadi infeksi
saluran napas atas.
7. Infeksi saluran cerna ( diare ), karena
pada pemeriksaan tinja dan kelenjar limfa mesenterium, terdapat adenovirus
bersama-sama invaginasi.
8. Pada umur 2 tahun ke atas, biasanya
disebabkan polip usus, hemangioma dan limfosarkoma.
Pada orang
dewasa, penyumbatan usus dua belas jari mungkin disebabkan oleh :
1. Kanker pankreas.
2. Jaringan parut karena ulkus, pembedahan
terdahulu atau penyakit Crohn.
3. Perlekatan, dimana pita fibrosis dari
jaringan ikat menjepit usus.
4. Penonjolan bagian usus melalui lubang yang
abnormal ( hernia ), dan usus menjadi terjepit di dalamnya.
5. Batu empedu.
6. Massa makanan yang tidak tercena.
7. Sekumpulan cacing.
Pada usus
besar, penyebab penyumbatannya adalah :
1. Kanker.
2. Usus yang melintir.
3. Tinja yang keras.
D. Patofisiologi
Kebanyakan
intususepsi adalah ileo-kolik dan jarang suatu intususepsi apendiks membentuk
puncak dari lesi tersebut. Bagian intususeptum, berinvaginasi ke dalam usus di
bawahnya, intususipiens sambil menarik mesenterium bersamanya ke dalam usus
pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu kontriksi mesenterium sehingga
menghalangi aliran darah balik. Penyumbatan intususeptum terjadi akibat edema
dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja berdarah, kadang mengandung
lendir. Puncak dari intususepsi dapat terbentang hingga kolon tranversum,
desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus-kasu yang terlantar. Setelah
suatu intususepsi idiopatis dilepaskan, maka bagian usus yang membentuk
puncaknya tampak edema dan menebal, sering disertai suatu lekukan pada
permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan
intususepsi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi
selanjutnya dapat mengakibatkan gangren usus dan syok.
|
|

E. Manifestasi Klinis
Gejala
yang dapat timbul adalah
1. Nyeri kolik hebat yang timbul mendadak,
hilang timbul, serangan tiap 15-30 menit dan lamanya 1-2 menit.
2. Anak merasa tersiksa, gelisah dan menangis
keras.
3. Anak menjadi rewel, letargi intermiten
atau progresif.
4. Dehidrasi, nyeri tekan dan distensi
abdomen ( penyakit lanjut ).
5. Kembung, perut berbentuk scaphoid.
6. Muntah, kadang ada cairan empedu.
7. Pucat, lemas, berkeringat dan lesu.
8. Nadi lemah dan cepat.
9. Pernafasan dangkal dan cepat.
10. Kentut jarang atau tidak ada.
11. Diare, karena penyumbatan sebagian (
sedikit ).
12. Sembelit, karena penyumbatan total.
13. Palpasi abdomen teraba massa berbentuk
sosis.
14. Anoreksia, penurunan berat badan ( bila
lebih lanjut ).
15. Demam, terutama bila usus mengalami
perforasi.
16.
Bila defekasi bercampur darah dan lendir ( curant jelly
stool ).
17.
Kemudian berangsur-angsur defekasi bercampur jaringan
nekrosis ( terry stool ).
F. Komplikasi
Bila
intususepsi tidak segera ditangani, maka dapat terjadi komplikasi seperti :
- Perforasi usus
Apabila
kondisi usus semakin memburuk dari obstruksi usus sampai nekrosis jaringan
segmen usus. Awalnya aliran darah yang melewati usus mengalmi penurunan
sehingga menyebabkan adanya pembengkakan dan peradangan. Pembengkakan dapat
menyebabkan perforasi.
- Syok
Sebagai
akibat dari kemajuan penyakit dengan gejala yang meliputi kelesuan, denyut jantung
cepat, denyut nadi lemah, tekanan darah rendah, dan nafas cepat.
G. Pemeriksaan
Pada
pemeriksaan perut dapat teraba sausage shape pada 24 % penderita. Suatu massa
dengan lekukan dan posisinya mengikuti garis usus colon ascendens sampai ke
sigmoid dan rektum. Massa tumor sukar teraba bila berada di belakang hati atau
pada dinding yang tegang. Perkusi pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga
kosong. Bising usus terdengar meninggi selama serangan kolik, menjadi normal
kembali di luar serangan. Colok dubur memprlihatkan darah lendir dan
kadang-kadang teraba pseudo-portio bila invaginasi sudah mencapai recto-sigmoid.
Foto polos
perut dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri.
Posisi lateral dekubitus kiri ialah
posis penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari
arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat
mendeteksi adanya perforasi. Pada foto abdomen tampak bagian proksimal
invaginasi banyak darah sedangkan bagian kanan kosong.
Pemeriksaan
dengan barium enema didapatkan gambaran cuping dari intususepsi. ( kontra
indikasi bila sudah terdapat tanda-tanda peritonitis ).
Pada
pemeriksaan ultrasonografi, intususepsi sering terlihat seperti mata sapi atau
bull eye yang mencerminkan potongan transversal dari segmen usus yang terkena.
H. Penatalaksanaan
Prinsip
pengobatan dan managemen perawatan
- Tekanan hidrostatik barium enema.
Penurunan
intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam
kolon yang hasilnya dilihat dengan X-ray. Mula-mula tampak bayangan
barium bergerak berbentuk cupping pada tempat invaginasi. Dengan tekanan
hidrostatik sebesar ¾ meter air, barium didorong ke arah proksimal. Pengobatan
dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum terminalis. Seiring dengan
pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance.
Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium sepanjang bekas invaginasi.
Tindakan ini boleh dilakukan bila belum ada dehidrasi, peritonitis, distensi
abdomen yang berlebih, invaginasi lebih dari 48 jam dan invaginasi rekuren.
Bila barium enema tidak berhasil dan dijumpai tanda di atas, maka diperlukan
reposisi operatif.
- Reduksi bedah:
a. Perawatan pra bedah:
1) Rutin
2) Tuba nasogastrik
3) Koreksi dehidrasi
b. Reduksi intususepsi dengan penglihatan
langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan
edema.
c. Plasma intravena harus dapat diperoleh
pada kasus kolaps.
d. Jika intususepsi tidak dapat direduksi,
maka diperlukan reseksi dan anastomosis primer.
- Penatalaksanaan pasca bedah:
a. Rutin
b. Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil
c. Pemberian oksigen
d. Dilanjutkannya cairan intravena
e. Antibiotik
f. Jika dilakukan suatu ileostomi, drainase
penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung
dipulihkan.
g. Observasi fungsi vital
h. Perawatan luka dan drain.
- Perawatan rutin
a. Pemberian makanan harus diberikan kembali
sesegera mungkin, yaitu jika muntah hilang dan aktivitas peristaltik memuaskan
b. Mandi dan penanganan.
- Dukungan bagi orang tua.
Banyak
dukungan yang diperlukan tergantung pada status umum dari anak dan tindakan
pembedahan yang diambil. Kondisi anak harus dijelaskan secara lengkap dan
diberikan keyakinan. Sekali kondisi umum anak mengalami perbaikan, orangtua
dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.
- Persiapan untuk pulang ke rumah.
Bila
reduksi intususepsi berhasil dan luka sembuh, anak dapat pulang ke rumah. Harus
ada masa tindak lanjut jika kasus intususepsi mengalami keadaan rekuren.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KASUS INTUSUSEPSI
A. Pengkajian
- lakukan pengkajian jisik secara rutin
- dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama deskripsi keluarga tentang gejala
- Observasi pola defekasi dan perilaku praoperasi dan pasca operasi
- Observasi perilaku anak
- Observasi adanya manifestai intususepsi:
a) Nyeri abdomen akut tiba-tiba
1) Anak berteriak dan menarik lutut ke dada
2) Anak tampak normal dan nyaman selama
interval di antara episode nyeri
b) Muntah
c) Letargi
d) Keluarnya feses seperti jeli merah ( feses
bercampur darah dan mucus )
e) Abdomen lunak ( pada awal penyakit )
f) Nyeri tekan dan distensi abdomen (
penyakit lanjut )
g) Massa berbentuk sosis yang dapat diraba
dikuadran kanan atas
h) Kuadran kanan bawah kosong ( tanda dance )
i)
Demam,
prostasi dan tanda-tanda lain peritonitis
- observasi adanya manifestasi intususepsi yang lebih kronis:
a) diare
b) anoreksia
c) penurunan berat badan
d) muntah (kadang-kadang )
e) nyeri periodik
f) nyeri tanpa gejala lain ( pada anak yang
lebih besar )
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses
penyakit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses
inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan
obstruksi usus.
7. Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kelainan absorbsi cairan.
8. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan
dengan malnutrisi.
9. Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan ekskresi berlebih.
10. Konflik
pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan.
Post operasi
11. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur
invasif.
12. Resiko infeksi berhubungan dengan luka
post operasi.
13. Koping tidak efektif berhubungan dengan
tingkat kontrol persepsi tidak adekuat, krisis situasional.
14. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
tidak familiar dengan sumber informasi.
15. Cemas berhubungan dengan krisis
situasional, nyeri.
C. Intervensi
Pre Operasi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
NOC : Tingkat nyeri
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri,
antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak
Kriteria hasil :
a.
Anak
tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
b.
Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen nyeri
Intervensi :
1.
Berikan
pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi
pengunkung).
2.
Berikan analgesia sesuai ketentuan
3.
Cegah adanya gerakan yang mengejutkan
seperti membentur tempat tidur
4.
Cegah peningkatan TIK
5.
Kompreskan air hangat pada dahi
Dx 2 : Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri.
NOC : Sleep
Tujuan : Kebutuhan tidur pasien adekuat
(10 jam / hari).
Kriteria hasil :
a.
Jam
tidur
b.
Pola
tidur
c.
Kualitas
tidur
d.
Tidur
tidak terganggu
e.
Kebiasaan
tidur
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada sama sekali
NIC : Sleep Enhancement
Intervensi :
1.
Kaji
pola tidur pasien.
2.
Kaji
pengaruh tindakan pengobatan terhadap pola tidur.
3.
Seiakan barang-barang milik pasien yang
dapat mendukung pasien untuk tidur (guling, boneka, dll).
4.
Ajarkan teknik relaksasi.
5.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
Dx 3 : Hipertermia berhubungan
dengan proses inflamasi
NOC : Thermoregulation
Tujuan : Pasien tidak mengalami menunjukkan
peningkatkan suhu badan secara berlebihan. Suhu badan pasien normal 36-37ºC.
Kriteria hasil :
a.
Suhu
tubuh dalam rentang normal
b.
Nadi
dan RR dalam rentang normal
c.
Tidak
ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Temperature regulation
Intervensi :
1.
Monitor
suhu minimal tiap 2 jam sekali.
2.
Monitor
TD, N, RR.
3.
Monitor
warna dan suhu kulit.
4.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
5.
Ajarkan pada pasien cara untuk mencegah
keletihan akibat panas.
Dx 4: Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam
memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
NOC : Fluid balance
Tujuan : Diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a.
Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
b.
BB ideal sesuai tinggi badan
c.
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala : 1.
Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC :
Manajemen nutrisi
1.
Berikan makanan yang terpilih
2.
Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
3.
Berikan makanan sedikit tapi sering
4.
Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
5.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Dx 5 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
NOC :
Mobility level
Tujuan : Diharapkan pasien dapat melakukan
mobilitas.
Kriteria hasil :
a.
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
b.
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c.
Menverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
d.
Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
e.
Pergerakan tulang
f.
Keseimbangan posisi tubuh
Skala :
1
: dibantu total
2
: memerlukan bantuan orang lain dan alat
3
: memerlukan bantuan orang lain
4
: dapat melakukan sendiri dengan bantuan
5
: mandiri
NIC: Perubahan Posisi
a. Pantau ketepatan pemasangan traksi
b. Letakkan matras / tempat tidur
terapeutik dengan benar
c. Atur posisi pasien dengan postur
tubuh yang benar
d. Letakkan pada posisi terapeutik (
misal ; hindari penempatan puntung amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian
tubh yang terkena, jika diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang
terkena).
e. Dukung latihan ROM aktif.
Dx 6 : Resiko konstipasi
berhubungan dengan obstruksi usus.
NOC :
Tujuan : Pasien tidak mengalami konstipasi.
Kriteria hasil :
a.
Suhu
tubuh dalam rentang normal
b.
Nadi
dan RR dalam rentang normal
c.
Tidak
ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman.
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Temperature regulation
Intervensi :
6.
Monitor
suhu minimal tiap 2 jam sekali.
7.
Monitor
TD, N, RR.
8.
Monitor
warna dan suhu kulit.
9.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
Dx 7 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelainan absorbsi cairan.
NOC: Keseimbangan
cairan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat
Kriteria
hasil:
a.
Keseimbangan
intake & output dalam batas normal
b.
Elektrolit
serum dalam batas normal
c.
Tidak
ada mata cekung
d.
Tidak
ada hipertensi ortostatik
e.
Tekanan
darah dalam batas normal
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Cairan
- Pertahankan intake & output yang adekuat
- Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
- Monitor status hemodinamik
- Monitor intake & output yang akurat
- Monitor berat badan
Dx 8 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan malnutrisi.
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : Pasien
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal sesuai usianya.
Kriteria hasil :
a.
Rata-rata berat badan
b.
Cardiat out put
c.
Elastisitas kulit
d.
Kekuatan otot
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Tingan
5. Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
1.
Bina hubungan saling percaya dengan anak
2.
Demonstrasikan aktivitas yang
meninggkatkan perkembangan anak sesuai dengan umurnya (contoh bermain
icik-icik)
3.
Bantu anak belajar ketrampilan
4.
Bina kesempatan untuk mendukung latihan
aktivitas motorik/verbal pasien
5.
Berikan reinforcement positif
Dx
9 : Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan ekskresi berlebih.
NOC: Integritas Kulit
Tujuan: Diharapkan integritas
kulit pasien baik (lembab, tidak terjadi lesi).
Kriteria
hasil:
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
- Tidak ada luka.
- Pefusi jaringan baik.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Pressure
Management
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian longgar.
- Jaga kebersiha kulit agar tetep bersih dan kering.
- Monitor adanya kemerahan.
- Oleskan lotion pada daerah yang tertekan.
- Monitor aktivitas pasien.
Dx 10 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan
dengan kurang informasi yang relevan
NOC: Decision Making
Tujuan: Diharapkan tidak terjadi
konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
a. Informasikan kepada keluarga tentang
alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian alternatif lain
c. Tawarkan informasi konsen
d. Bantu keluarga dalam menjelaskan
keputusannyapada anggota keluarga yang lain, jika diperlikan
e. Berikan dukungan secara penuh
Post
Operasi
Dx 11 : Nyeri berhubungan dengan prosedur invasif.
NOC : Tingkat Nyeri
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri,
antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak
Kriteria hasil :
a.
Anak
tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
b.
Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1.
Kaji
nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas nyeri).
2.
Berikan
pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi
pengunkung).
3.
Berikan analgesia sesuai ketentuan
4.
Cegah adanya gerakan yang mengejutkan
seperti membentur tempat tidur
5.
Ajarkan teknik relaksasi
Dx 12 :
Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
NOC: Knowledge:
infection control
Tujuan: Diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol)
Kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Infection control
1. Pertahankan teknik isolasi
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
pasien lain
5. Tingkatkan intake nutrisi
Dx 13 : Koping tidak efektif berhubungan dengan
tingkat kontrol persepsi tidak adekuat, krisis situasional.
NOC: Family Coping
Tujuan: Diharapkan koping keluarga menguat.
Kriteria Hasil:
a. Mendemonstrasikan fleksibilitas peran
b. Menyelesaikan permasalahan yang ada
c. Percaya dapat memenej masalah
d. Melibatkan anggota keluarga dalam
mengambil keputusan
e. Mengekspresikan perasan
f. Menggunakan strategi menurunkan stress
(devence mecanism)
Skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
- Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada pasien
- Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien
- Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga
- Berikan harapan yang realistik
- Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga
- Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien.
Dx 14 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan
tidak familiar dengan sumber informasi.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
Tujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya dan pengobatannya.
Kriteria Hasil :
a.
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi
perawatan anak
b.
Menjelaskan
proses penyakit
c.
Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d.
Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan
anaknya
Skala :
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau
mengetahuinya secara kompleks
NIC :
Pengatahuan Proses Penyakit
1.
Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah /
meningkatkan motivasi pengobatan anaknya.
2.
Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial
budaya pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku
kesehatannya.
3.
Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
4.
Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam
melaksanakan pengobatan/ terapi anaknya.
5.
Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman
keluarga.
Dx 15: Cemas berhubungan dengan krisis situasional, nyeri.
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kecemasan hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a.
Monitor
intensitas kecemasan
b.
Rencanakan
strategi koping untuk mengurangi stress
c.
Gunakan
teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d.
Kondisikan
lingkungan nyaman
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Enhancement Family Coping
a.
Sediakan
informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
b.
Tetap
damping pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan mengurangi
ansietas keluarga
c.
Instruksikan
kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi
d.
Bantu keluarga
mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah.1997.Perawatan
Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Richard E,
Behrman, dkk..1996.Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Volume 2.Jakarta:EGC.
Sacharin,
Rosa.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
Wong, Donna
L.2003.Asuhan Keperawatan Pedoman Klinis Keperaatan Pediatrik.Jakarta:EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar