KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
-
Diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja (Suharyono, 1988:
51).
-
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja
(Ngastiyah, 2005: 223).
-
Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat,
pada bayi volume tinja > 159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya
sudah sama dengan volume orang dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman,
1999: 1354).
-
Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987: 83).
-
Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,
2000: 470).
-
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3
kali sehari (WHO, 1980).
-
Diare adalah defekasi yang kerap dengan tinja
B. ETIOLOGI
- Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi
saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab utama diare pada anak.
Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
-
Infeksi virus:
enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus, rotavirus, astrovirus.
-
Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongyloides); protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas
nominis); jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah inf
eksi di luar alat pencernaan makanan
seperti: otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
- Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
-
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
-
Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan
anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
- Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
- Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar.
- Faktor imunodefisiensi
- Faktor obat-obatan, antibiotik
- Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
C. TANDA DAN GEJALA
a. Tanda :
-
Cengeng
-
Anus dan daerah sekitar lecet
-
BB menurun
-
Turgor berkurang
-
Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
-
Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
-
Nadi cupat dan kecil
-
Denyut jantung jadi cepat
-
TD menurun
-
Kesadaran menurun
-
Pucat, nafas cepat
-
Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk
anak-anak atau dewasa.
-
Suhunya tinggi
b. Gejala :
-
Tidak nafsu makan
-
Lemas
-
Dehidrasi
-
Gelisah
-
Cengeng
-
Oliguria
-
Anuria
-
Rasa haus
D. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1)
Kehilangan air dan elektrolit
(terjadi dehidrasi)
Dehidrasi
terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan
asambase (asidosis-metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena:
a. Kehilangan natrium
bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya
anoksia jaringan.
d. Pemindahan ion Na dari
cairan ekstra seluler
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang
menderita diare. Pada orang dengan gizi
cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada anak
sebelumnya pernah menderita lalep).
4) Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan
gizi dengan akibat terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena makanan yang sering
tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan
ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi
gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5) Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah
dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat
meninggal.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut
Ngastiyah, 2005 adalah:
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet
karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai ak ibat makin
banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum dan sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan
ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut
serta kulit tampak kering.
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare
berdasarkan dehidrasi:
- Diare dengan dehidrasi ringan
-
Kehilangan cairan 5% dari berat badan
-
Kesadaran baik (samnolen)
-
Mata agak cekung
-
Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
-
Berak cair 1-2 kali per hari
-
Lemah dan haus
-
Ubun-ubun besar agak cekung
- Diare dengan dehidrasi sedang
-
Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan
-
Keadaan umum gelisah
-
Rasa haus
-
Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
-
Mata cekung
-
Turgor dan tonus otot agak berkurang
-
Ubun-ubun besar cekung
-
Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali
sekitar 1-2 detik
- Diare dengan dehidrasi berat
-
Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
-
Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)
-
Denyut nadi cepat nsekali
-
Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
-
Ubun-ubun besar cekung
sekali
-
Mata cekung sekali
-
Turgor/tonus kurang sekali
-
Selaput lendir kurang/asidosis
F. KLASIFIKASI
Diare dibagi menjadi 2:
-
Diare akut
-
Diare kronis
1. Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
-
Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).
-
Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban
osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
-
Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l
dan beda osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L).
-
Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori
protein, bayi berat badan lahir rendah
dan bayi baru lahir.
-
Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi dari
mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik
-
Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
-
Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
-
Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
-
Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L)
dan perbedaan osmotiknya < 20 mOsm/L.
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada
bayi dan anak me nurut Arasu dkk, 1979
antara lain:
a. Watery Stools/tinja besar
1) Gastroenteropati alergi
-
Alergi proten susu sapi
-
Alergi protein kedelai
2) a) - Defisiensi
disakarida
-
Defisiensi laktase sering sekunder
-
Defisiensi sukares ismaltase
b) Malabsorbsi gluksoa
galaktosa
3) Defek imun primer
4) Infeksi usus oleh virus,
bakteri dan parasit (Giardk)
5) CSBS (contraminated small
bowel syndrome)
-
Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe
syndrome, dan segalanya.
6) Presistent poslenteng diare
dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.
7) Diare sehubungan dengan
penyakit endokrin
-
Hipoparatiroidisme
-
Insufisiensi adrenal
-
Diabetes mellitus
8) Diare sehubungan dengan
tumor
-
Karsinom medula tiroid
-
Ganglionueuroma
9) Malabsorpsi as.
Empedu-cholerrhoeic diarrhoea
b. Fatty stools/tinja berlemak
1) Insuifisiensi pankreas
-
Hipoplasi
-
Cystic fibrosis
2) Limfangiektasi usus
3) Kolestasis
-
Atresia bilians ekstra/intrahepatik
-
Hepatitis neonatal
-
Sirosis hepatitis
c. Bloody stools/tinja berdarah
1) V. campylobacter,
salmonella, shygella
2) Disentri amuba
3) Inflamatory bowel desease
4) Diare berhubungan dengan
lesi anal
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1.
Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal :
55-95 mEq/l ), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja (
normal : 14-31 mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam
tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga terjadi
intoleransi gula.
1. PH normal kurang dari 6
2. Gula tinja, normalnya tidak
terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan dengan pemeriksaan
analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi alkaliosis
metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik
alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan
kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1. Urin normal 20-40 mg/dl.
Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5
mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya
dehidrasi. Nilai normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%.
Hemoglobin dan hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare
kronik. Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu
Shigela, Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan
adanya 3 kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.
H. PENULARAN
Penyakit diare dapat
ditularkan melalui:
1. Menggunakan sumber air yang tercemar
2. BAB sembarang tempat
3. Pencemaran makanan oleh
serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
4. Fecal oral melalui makanan
dan minuman yang tercemar
5. Melalui makanan yang
terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap viral gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang
tersebut tidak mencuci tangannya secara teratur setelah menggunakan kamar
mandi.
6. Mengkonsumsi ikan
mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan, minum bersama/menggunakan
peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi virus diare.
I. PENCEGAHAN
1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
2. Mendesinfeksi permukaan
peralatan rumah tangga.
3. Mencuci pakaian kotor dengan
segera sampai bersih
4. Hindari makanan dan air yang
terkontaminasi.
J. KOMPLIKASI
- Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
a. Berdasarkan kehilangan
cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
·
Dehidrasi tonik
Tidak ada
perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan ekstra sel
yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal kadar natrium
dalam serumant 130-150 mEq/l
·
Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor
mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan laboratorium kadar
ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
·
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang
keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi karena cairan
peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas tinggi,
hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium kadar ion
natrium dalam serum > 150 mEq/l
b. Berdeasarkan derajatnya
·
Dehidrasi ringan
Berat badan<
5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi normal, hanya
ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal, tugor masih
baik, status mental normal.
·
Dehidrasi sedang
Berat badan
turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun, frekuensi
janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis, mata cekung,
tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang, kembalinya kapiler
lambat,setatus mental normal sampai lesu.
·
Dehidrasi berat
Berat badan
turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering, merah, kadang
sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan nadi mengecil,
dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi, ekstremitas
dingin, haus meningkat
2.
Hipernatremia
Sering
terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6
bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan
atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada
bayi juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah
berlebihan.
3.
Hiponatremia
Terjadi
pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na. Penderita
gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
4.
Demam
Demam
sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya
akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam
juga dapat juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi
umumnya tidak tinggidan akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam
yang tinggi mungkin diikuti kejang demam.
5.
Asidosis Metabolic
Ditandai
dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat
dan dalam.
6.
Hipokalemia ( sereum K,3,0
mMol/L)
Penggantian
K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K yang
ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia
jantung
7.
Intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
8.
Ileus paratukus
Komplikasi
yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat
anti motilitas.
9.
Intoleransi laktosa
Pada
penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare
dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala
dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
10. Kejang,
terjadi karena :
a.
Hipoglikemia, kalau anak
dipuasakan terlalu lama
b.
Kejang demam
c.
Hipernatremia dan hiponatremia
d.
Penyakit pada SSP yang tidak ada
hubunganya dengan diare seperti meningitis, ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi
energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac
dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Mutah
Dapat
disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
K. PENATALAKSANAAN
- Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
·
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
·
selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
c. Dehidrasi sedang
·
1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
·
selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
·
1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15
tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
·
7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20
tetes).
·
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml
= 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
·
1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/
kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan BB 15-25 kg
·
1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
·
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat
diberikan DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1 ½
tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 g
·
Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
·
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
·
Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 2 ½ tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg
.
·
Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
·
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½%)
·
Kecepatan:
Saa dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.
Misalnya untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
·
Jenis cairan: DG aa
·
Jumlah cairan: 250 ml/kgBB/24 jam (tabel 3.3).
·
Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau
3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik.
Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1
bulan – 2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis
makanannya:
-
Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh).
-
Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
-
Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak
mengandung laktosa/asam lemak berantai sedang atau jenuh.
Cara memberikan:
Hari
|
Ket
|
1.
|
·
Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral
·
Bila beri susu tetapi tetap diare, maka beroralit
selang-seling dengan ASI.
|
2-4
|
·
Beri susu formula rendah laktosa penuh.
|
5
|
·
Bila tidak ada kelainan dipulangkan.
|
3) Obat-obatan
a. Obat anti – sekresi
b. Obat spasmolitik
c. Antibiotik, diberikan jika
jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
Cairan per oral
-
Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral
yaitu NaCl dan NaHCO3, KCl dan glukosa.
-
Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90
mEq/L.
-
Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi
Natrium 50-60 mEq/L.
-
Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula),
lengkap (oralit).
Cairan parenteral
-
Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga
sesuai umur dan BBnya.
- Penatalaksanaan Keperawatan
1) Resiko terjadi gangguan
sirkulasi darah
a) Bila dehidrasi masih ringan
-
Beri minum sebanyak-banyaknya ± 1 gelas/pasien defekasi
-
Cairan mengand ung elektrolit seperti oralit
-
Jika anak muntah dapat diberikan melalui sonde
-
Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai
persetujuan dokter.
b) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh
dapat dihitung dengan cara:
-
Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai
set infus yang dipakai0
-
Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan
tekanan darah.
-
Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih
sering, encer/sudah berubah konsistensinya.
-
Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah
bibir dan selaput lendir kering.
-
Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi
makan lunak.
2) Kebutuhan nutrisi
-
Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral
vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali.
-
Beri ASI terus bagi bayi yang masih minum ASI.
-
Bila bayi tidak minum ASI diberi susu yang cocok.
-
Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan
makan bubur tanpa sayuran dan minum teh
bagi hari masih diare, hari keesokannya jika membaik boleh diberi wortel daging
tidak berlemak.
3) Risiko terjadi komplikasi
Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai
akibat tindakan pengobatan sebagai berikut:
-
Infeksi terjadi hematom, flebitis
-
Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata
bayi, bengkak seluruh wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema
sampai otak, kejang, sehinga terutama untuk bayi tetesannya harus tepat.
-
Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri
bedak.
-
Kejang-kejang karena hipoglikemia atau kelebihan cairan.
-
Malnutrisi energi protein.
4) Gangguan rasa aman dan nyaman
- Karena
sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.
- Bagi pasien
dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena posisinya
miring 2 – 3 jam.
5) Kurang pengetahuan orang tua
mengenai penyakit
-
Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F
(finger, feces, food, dan fly) yaitu:
·
Mencuci tangah
·
Membiasakan defekasi di jamban
·
Kebersihan lingkungan menghindari lalat
·
Makanan selalu tertutup dan air minum yang di masak.
- Jangan lupa memberikan
oralit, dan ini hanya untuk pencegahan.
· CARA PEMBUATAN ORALIT
a.
Bahan dan Peralatan
1.
Satu gelas belimbing air matang hangat 200 cc
2.
Satu sendok makan gula pasir
3.
Satu jimp[it atau sepucuk sendok the garam dapur
b.
Cara membuat
Masukan
gula dan garam ke dalam gelasd yang telah berisi air matang hangat, aduk hingga
rata kemudian minumkan kkepada penderita
Pathways Diare
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.
Diare b/d inflamasi bakteri / proses
infeksi.
b.
Defisit volume cairan b/d kehilangan
cairan aktif
c. Risiko kerusakan integritas
kulit b/d lembab
d.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d penurunan intake makanan.
C. INTERVENSI
1.
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Diare b.d inflamasi bakteri / proses infeksi.
Definisi :
BAB cair atau tidak berbentuk
Batasan Karakteristik :
- Sedikitnya BAB cair
lebih dari 3 kali dalam sehari
- Suara usus hiperaktif
- Nyeri perut
- Kram
- Urgensi
Faktor
yang berhubungan :
- Tingkat stres dan cemas tinggi
- Alkoholik
- Keracunan
- Penyalahgunaan laksatif
- Radiasi
- Pemberian makan melalui selang
- Efek samping obat
- Kontaminasi
- Taravelling
- Inflamasi
- Malabsorbsi
- Proses infeksi
- Iritasi
- Parasit
|
NOC
≈
Bowel
elimination
≈
Balance cairan
≈
Status hidrasi
Kriteria Hasil :
≈
pola defekasi,
lembek setiap hari atau 3 hari sekaki
≈
menunjukkan
daerah rectal bebas iritasi
≈
menunjukkan
frekuensi diare berkurang
≈
mampu
menjelaskan penyebab diare dan tindakan yang dilakukan
≈
menunjukkan turgor kulit dan bb dbn.
|
NIC
Management
diare
-
lakukan pemeriksaan feses kultur dan sensitivitas jika
diare berlanjut
-
evaluasi efek samping pengobatan pada
gastrointestinal
-
anjurkan pasien/keluarga mencatat warna, volume dan
konsistensi feses
-
identifikasi faktor penyebab diare (pengobatan, bakteri
atau pengaruh makanan)
-
monitor tanda
dan gejala diare
-
observasi
turgor kulit secara teratur
-
monitor daerah perineal dari iritasi dan ulcerasi
-
timbang BB
-
monitor
peningkatan peristaltik usus
-
kelola
pemberian intake nutrisi dan cairan
-
berikan
medikasi sesuai program
Monitor
elektrolit
-
monitor nilai
elektrolit
-
monitor
kehilangan cairan dan elektrolit
-
monitor manifestasi neurologi karena ketidakseimbangan
elektrolit
-
monitor rasa mual, muntah dan diare
Perawatan
perineal
-
lakukan hygiene
perineal
-
jaga perineal
tetap kering
|
-
Mengetahui
jenis bakteri penyebab dan spesifikasi pengobatan.
-
Meminimalkan
efek samping.
-
Menghitung
haluaran dan menghitung masukan yang seharusnya.
-
Mengetahui
pengobatan yang efektif
-
Mengetahui efek
lanjut secara dini.
-
Mengevaluasi
tingkat diare.
-
Meminimalkan
komplikasi dan pencegahan dini.
-
Mengetahui
apakah ada penurunan BB
-
Mengethui
fungsi peristaltik usus.
-
Menjaga
keseimbangan cairan.
-
Mencegah
komplikasi dan menyembuhkan.
-
Mengetahui
nilai elektrolit.
-
Mengethui
jumlah kehilangan cairan.
-
Mencegah dan
mengetahui sedini mungkin komplikasi diare.
-
Mengetahui
asupan oral.
-
Mencegah
iritasi perineal.
-
Mengurangi
iritasi
.
|
2
|
Defisit
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
Definisi : Penurunan cairan
intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke
dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
Batasan Karakteristik :
- Kelemahan
- Haus
- Penurunan turgor kulit/lidah
- Membran mukosa/kulit kering
-
Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan nadi
-
Pengisian vena menurun
-
Perubahan status mental
-
Konsentrasi urine meningkat
-
Temperatur tubuh meningkat
- Hematokrit
meninggi
- Kehilangan
berat badan seketika (kecuali pada third spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan
volume cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme pengaturan
|
NOC:
≈
Fluid balance
≈
Hydration
≈
Nutritional
Status : Food and Fluid Intake
Kriteria
Hasil :
≈
Mempertahankan
urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
≈
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
≈
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
|
NIC :
Fluid management
·
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
·
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
·
Monitor vital sign
·
Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV
·
Monitor status nutrisi
·
Dorong masukan oral
·
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
·
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
·
Atur kemungkinan tranfusi
Hypovolemia Management
¨ Monitor status cairan termasuk intake dan ourput
cairan
¨ Monitor tingkat Hb dan hematokrit
¨ Monitor tanda vital
¨ Monitor responpasien terhadap penambahan cairan
¨ Monitor berat badan
¨ Dorong pasien untuk
menambah intake oral
|
- Mengetahui jumlah
kehilangan cairan pasien.
- Mengetahui keseimbangan
cairan tubuh.
- Mengevaluasi keadaan umum
pasien.
- Mencegah dehidrasi pasien
- Memberikan suplay cairan
tubuh.
- Mengetahui secara dini
gangguan elektrolit.
- Menjaga keseimbangan
cairan tubuh
- Mengoptimalkan masukan
oral
- Mengurangi kejenuhan pada
pasien
- Menjaga keseimbangan
cairan,
- Menghitung masukan dan
haluaran.
- Mengevaluai
hemokonsentrasi darah pasien.
- Mengathui keadaan umum
pasien.
- Mengevaluasi pengethuan
pasien
- Mengevaluasi kenaikan
berat badan
- Mensuplay masukan oral.,
- Untuk mengetahui dan
menjaga over hidrasi.
|
3
|
Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB
sering
Definisi
: Semua risiko untuk kulit yang merupakan perubahan yang bersifat merugikan
kulit.
Faktor resiko :
1. eksternal
v factor mekanik
v hipo/hipertermi
v imobilitas fisik
v substansi kimia
v ekskresi atau sekresi
v radiasi
v kelembaban
v pelembab
v usia yang ekstrim
2. internal
v pengobatan
v tulang yang menonjol
v kekebalan tubuh
v perubahan sensasi
v perubahanpigmentasi
v perubahan status metabolic
v perubahan sirkulasi
v perubahn turgor kulit
v perubahan status nutrisi
v psikogenik
|
NOC
: Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Kriteria
Hasil :
≈
Integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
≈
Tidak ada luka/lesi pada kulit
≈
Perfusi
jaringan baik
≈
Menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera
berulang
≈
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
|
NIC
: Pressure Management
§ Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang longgar
§ Hindari kerutan padaa tempat tidur
§ Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
§ Mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien) setiap dua jam sekali
§ Monitor kulit akan adanya kemerahan
§ Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
tertekan
§ Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
|
- Mengurangi evaporasi
- Mencegah iritasi daerah
lipatan.
- Mencegah iritasi kulit.
- Mencegah dekubitus.
- Mencegah komplikasi secara
dini.
- Mengetahui adanya iritasi
kulit.
|
4
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake makanan
Definisi : Intake nutrisi
tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20
% atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan
adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa
dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot
yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi
pada rongga mulut
- Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau
fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan
adanya perubahan sensasi rasa
-
Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
-
Miskonsepsi
-
Kehilangan BB dengan makanan cukup
-
Keengganan untuk makan
-
Kram pada abdomen
-
Tonus otot jelek
-
Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
-
Kurang berminat terhadap makanan
-
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
-
Diare dan atau steatorrhea
-
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya
informasi, misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
|
NOC
:
≈
Nutritional
Status :
≈
Nutritional
Status : food and Fluid Intake
≈
Nutritional
Status : nutrient Intake
≈
Weight control
Kriteria
Hasil :
≈
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
≈
Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
≈
Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
≈
Tidk ada tanda
tanda malnutrisi
≈
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
≈
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
Nutrition
Management
§ Kaji adanya alergi makanan
§ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
§ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
§ Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan makanan harian.
§
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
|
- Menghindari terjadinya
alergi, kembali.
- Mencegah malnutrisi.
- Mencegah konstipasi.
- Memandirikan pasien.
- Mengetahui kebutuhan
nutrisinya.
- Mengetahui kekenyalan
kulit.
- Menambah porsi makan.
- Mengetahui kerusakan
sistemik.
- Mengetahui kerusakan lain.
|
Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua
mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman (misal oralit).
2. Ajarkan mengenai tanda tanda
dehidrasi, ubun ubundan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa
kering
3. Jelaskan obat obatan yang
diberikan, efek samping dan kegunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan
Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Dona. 1996. Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus
Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak
Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus
Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.
Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi
Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan
Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Prima Medika.
bermanfaat sekali blognya kunjunig jiga http://ilmukeperawatanasepcarsa007.blogspot.co.id/ berisi materi perkuliahan untuk mahasiswa keperawatan
BalasHapus